Pendahuluan
a. Latar
Belakang:
Pasien
yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit akan
mengelami kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan
tenaga kesehatan lainnya); lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang menunggui selama
perawatan. Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan
pasien, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak secara langsung
kepada anak, tetapi secara psikologis pasien akan merasakan perubahan perilaku
dari keluarga yang
menungguinya selama perawatan. Pasien menjadi semakin stress dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhannya, yaitu penurunan respons imun.
Hal ini
telah dibuktikan oleh Robert Arder (1885) bahwa pasien yang mengalami
kegocangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan
terjadi penekanan sistem imun. Pasien
yang merasa nyaman selama perawatan dengan menerapkan model asuhan yang
holistik, yaitu adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang
terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat
proses penyembuhan.Berdasarka hasil pengamatan penulis, pasien yang dirawat di
rumah sakit masih sering mengalami stress hospitalisasi yang berat, khususnnya
takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap
petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus
mendapatkan perhatian perawatan dalam mengelola asuhan keperawatan. Faktor
tersebut sangat berkaitan dengan distres hospitalisasi yang pada akhirnya akan
menghambat proses penyembuhan sehingga memerlukan waktu perawatan yang lebih
lama.
Untuk
mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan kinerja kepada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan model holoistik, yaitu biopsikososiospiritual.
Salah satu model yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah
berdasar pengembangan teori adaptasi dari S.C. Roy. Pada teori ini ditekankan pada pemenuhan perawat
kepada psdirn secar holistik, yaitu aspek fisik (atraumatic care); psikis
(memfasilitasi koping yang konstruktif); dan aspek sosial (menciptakan hubungan
dan lingkungan yang konstruktif dengan melibatkan keluarga dalam perawatan).
Pelayanan
keperawatan pada pasien bertujuan memberikan pelayanan keperawatan yang
holistik, bermutu, dan memuaskan bagi pasien. Keperawatan meyakini manusia
adalah makhluk yang unik dan holistik yang berhak memperoleh pelayanan
keperawatan yang bermutu dari seorang perawat melalui ilmu dan kiat keperawatan
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Keperawatan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan, pendidikan, penelitian keperawatan serta mengikuti perkembangan
IPTEK keperawatan dalarn memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi
pasien dan keluarganya. Dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan, metode
penugasan yang diterapkan bagi tenaga keperawatan adalah metode fungsional, tim
metode kasus. Kemampuan perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan yang
prima meliputi pemberian asuhan keperawatan dasar, keperawatan gawat darurat,
serta keperawatan lanjutan baik intensif rnaupun kemahiran yang lainnya.
b. Tujuan:
1. Mengetahui penerapan konsep berpikir kritis dalam
keperawatan
2. Mengetahui sejarah perkembangan keperawatan
3. Mengetahui konsep keperawatan holistik dan dimensi
holistik
Pembahasan
Keperawatan Holistik
1.
Penerapan Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup
membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan.
Berpikir kritis adalah bagaimana cara
seseorang menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan
membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
Model berpikir kritis
1. Pengetahuan
dasar khusus
Pengetahuan
ini bervariasi bergantung pada pengalaman pendidikan, termasuk pendidikan dasar
perawat, kursus pendidikan berkelanjutan, dan kuliah tambahan. Sebagai tambahan
diperlukan inisiatif perawat untuk membawa literature keperawatan sehingga
dapat mengikuti perkembangan terakhir dalam ilmu keperawatan.
2. Pengalaman
Pengalaman
belajar klinis diperlukan untuk memenuhi keterampilan untuk membuat keputusan
klinis. Pengalaman klinis adalah laboratorium untuk menguji pengetahuan
keperawatan anda.
3. Kompetensi
Kompotensi
berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat
penilaiankeperawatan.
4. Sikap untuk berpikir kritis
a.
Percaya diri : Rasa percaya
diri tumbuh seiring dengan pengalaman dalam mengenali kekuatan dan keterbatasan
anda. Rasa percaya diri akan membangun kepercayaan diantara anda dan pasien.
b.
Berpikir independen :
Saat anda berpikir independen, anda menantang cara berpikir orang lain Dan
mencari jawaban yang logis dan rasional untuk sebuah masalah
c.
Keadilan : Membayangkan
bagaimana rasanya jika anda berada dalam posisi klien dapat membantu anda
melihat dengan sudut pandang baru dan menghargai kesulitan yang mereka hadapi
d.
Tanggung jawab dan
akuntabilitas : Anda harus bertanggung jawab untuk melakukan aktivitas
perawatan yang benar sesuai standar praktik. Standar praktik adalah tingkat
minimum yang harus dipenuhi untuk memastikan perawatan yang berkualitas tinggi.
e.
Mengambil resiko : Pengambilan
resiko yang bersifat positif sering menghasilkan kemajuan dalam perawatan
pasien.
f.
Disiplin : Selalu tepat
waktu
g.
Persisten : Belajar
sebanyak mungkin mengenai suatu masalah dan coba berbagai pendekatan untuk
memecahkan nya. Persisten berarti terus mencari berbagai sumber sampai kita
dapat menemukan solusi terbaik untuk masalah klien.
h.
Kreatif : kreatif
meliputi pemikiran orisinal, berarti anda menemukan solusi diluar standar rutin
yang ada, tapi masih menjalankan nya sesuai dengan standar keperawatan.kreativitas
adalah motivator yang akan menolong anda untuk memikirkan segala pilihan dengan
pendekatan yang unik.
i.
Rasa ingin tahu :
Memiliki rasa ingin tahu akan memotivasi anda untuk mencari lebih jauh dan
menyelidiki situasi klinis sehingga anda mendapatkan seluruh informasi yang
dapat membantu anda untuk mengambil keputusan.
j.
Integritas
5.
Standar untuk berpikir
kritis
Standar
intelektual : standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk
berpikir rasional .
Standar
professional : standar professional meningkatkan kualitas perawatan klien.
Standar
berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan
kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional. Standar ini
mengekspresikan tujuan dan nilai profesi keperawatan. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau
kelompok.
Tingkatan Pemikiran Kritis dalam Keperawatan
1.
Pemikiran kritis dasar
Pada
tahap pemikiran kritis dasar, pelajar mempercayai bahwa para ahli memiliki
jawaban yang benar untuk setiap masalah. Berpikir adalah nyata dan berdasarkan
pada suatu aturan tertentu.
2.
Pemikiran kritis
kompleks
Pemikiran
kritis kompleks mulai dapat memisahkan dirinya dari suatu aturan. Mereka menganalisis
dan memeriksa pilihan-pilihan dengan lebih independen.
3.
Komitmen
Pada
tingkat komitmen, anda memilih tindakan yang sesuai dengan alternatif pemecahan
yang ada dan mendukung.
2.
Sejarah
Perkembangan Keperawatan di Indonesia
1. SEBELUM KEMERDEKAAN
A.
Zaman
VOC (1602-1799)
Dimulainya
usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Militair Geness Kundige Dienst (MGD)
dan Burgelijke Genees Kundige Dienst (BGD).
Pada
masa penjajahan Belanda, perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang
sakit. Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi untuk membentuk
organisasi profesi. Organisasi profesi perawat pertama di bentuk di surabaya
pada tahun 1799, organisasi tersebut bernama Perkeompoelan Zieken Velpleeger /Velpleeter Boemi Poetra ( disingkatn
PZVB Boemi Poetra).
Pada
tahun 1799, didirikanlah rumah sakit Binnen
Hospital di Batavia (sekarang Jakarta) untuk kepentingan usaha perdagangan
tentara Belanda dan memelihara kesehatan staf ketentaraan. Rumah sakit ini
memanfaatkan perawat dari pribumi poetra (rakyat terjajah) yang disebut dengan
pembantu rumah rumah sakit (POS). Setelah VOC bubar, didirikanlah beberapa
uasaha dinas kesehatan, diantaranya Dinas Kesehatan Tentara (Militaire Gezondsheids) dan Dinas
Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezondsheids
Dients).
Dinas kesehatan rakyat itulah yang akhirnya
merawat para pekerja perkebunan yang terjangkit penyakit. Selanjutnya, juga melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller
Foundation).
B.
Zaman
penjajahan Inggris (1811-1816)
Pada
masa penjajahan Inggris, pelopor kesehatan di Indonesia adalah Raffles. Raffles
mulai memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto “kesehatan adalah milik manusia”. Pada masa ini, dilakukan berbagai
usaha pemeliharaan kesehatan, yaitu :
1.
Usaha pengadaan
pencacaran secara umum
2.
Membenahi cara
perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3.
Memperhatikan kesehatan
para tawanan
C.
Zaman
Belanda II (1816-1942)
Pada
masa ini usaha kesehatan di Indonesia semakin maju. Pemerintah berhasil
meluncurkan undang-undang kesehatan yang disusun oleh Prof. Dr. Reinwart.
Pada
masa ini, terdapat beberapa rumah sakit, khususnya di Jakarta, yaitu pada tahun
1819 dibangun rumah sakit Standsverbandyang
berkedudukan di Glodok oleh “Residen V Pabst” yang kemudian berganti nama
menjadi Central Burgerlijke Ziekeninrichting dan
pada tahun 1919 dipindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan RSCM (Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo).
Pada
1852, Dr. W. De Bosch mendirikan Sekolah Dokter Jawa yang kemudian berkembang
menjadi STOVIA (1898). Ia juga menyelenggarakan persiapan pendidikan kebidanan
pada tahun 1852, walaupun akhirnya program ini ditutup tahun 1875.
Pada
tahun 1875, pemerintah mendirikan rumah sakit jiwa pertama di Bogor, dan
diikuti rumah sakit jiwa di Lawang (1894) dan rumah sakit jiwa di Magelang
(1923).Karena banyaknya rumah sakit yang didirikan, maka akhirnya pada tahun
1940 dibukalah pendidikan perawat di Bogor. Selain itu, juga berkembang rumah
sakit swasta antara tahun1816-1942, diantaranya RS Cikini di Jakarta, St.
Carolus di Jakarta, St. Borromeus di Bandung dan RS Elisabeth di Semarang.
D. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami
kemunduran dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang tidak terdidik dan pimpinan rumah sakit
diambil alih oleh jepang sehingga akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga
timbul wabah dimana-mana. Dan karena kekurangan persediaan peralatan, kita
terpaksa menggunakan pelepah pisang untuk pembalut luka.
Namun,
pada masa ini terdapat dinas kesehatan yang dikenal sebagai dinas kesehatan
masyarakat/Dienst Van De Volks Genzonheid
(DVG). Bertugas melaksanakan usaha dibidang prefentive & curative. Tetapi,
tidak berjalan baik.
2. SESUDAH KEMERDEKAAN
Masa
awal (masa transisi) tahun 1945-1950 : tidak ada perkembangan
Masa
Kedua tahun 1950-1985 : Keterampilan pelaksanaan prosedur.
Sejarah
perkembangan keperawatan indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:
1.
Tahun 1950: Indonesia
mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).
2.
Tahun 1945 – 1955: Berdirinya beberapa
organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia
(PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI),
Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
3.
Tahun 1962: Berdirinya
Akademi Keperawatan (Akper).
4.
Tahun 1955 – 1974: Organisasi profesi
keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan
Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis
Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga
Keperawatan.
5.
Tahun 1974: Rapat Kerja
Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
6.
Tahun 1974: Berdirinya
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
7.
Tahun 1876: Pendidikan
Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan pelayanan di rumah sakit,
telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
8.
Pada Januari 1983:
Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan: a) Peranan
Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;
b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c) Pengakuan terhadap
keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional
berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
9.
Tahun 1985: Berdiri
Pendidikan Keperawatan setingkat Sarjana (S1 Keperawatan) yang pertama yaitu
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik
kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
10.
Tahun 1992 :
dikeluarkan UU No. 23 tentang kesehatan
yang mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
11.
Tahun 1995 : PSIK di
Universitas Pajajaran Bandung
12.
Tahun 1998 : PSIK di
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
13.
Tahun 1999:Berdiri
Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan). PSIK Unsyiah, PSIK
Andalas, PSIK Malang.
14.
Tahun 2000: Keluarnya
Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan
15.
Tahun 2000 : SK Menteri
Kesehatan NO. 647 tentang Registrasi dan
Praktek Keperawatan sekaligus sebagai kekuatan hukum bagi
keperawatan untuk bekerja secara
profesional.
3.
Sejarah
Perkembangan Keperawatan Internasional
Sejarah
keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal
dari Inggris. Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan
keperawatan diawali pada :
1.
Zaman
Purbakala (Primitive Culture)
Manusia
diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang
ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki
naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Insting kemudian bergeser ke
zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic
yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama
Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan
alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung
tinggi.
Kemudian
dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di
kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu
keperawatan.
2.
Zaman
Permulaan Masehi
Keperawatan
dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada
zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes
yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada
zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
3.
Permulaan
abad XVI
Pada
masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi
kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai
perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat,
mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
4.
Zaman
sebelum Perang dunia II
Pada
masa perang dunia kedua ini timbal prinsip rasa cinta sesama manusia di mana
saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia
kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya
pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, Florence Nightingale
mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan
pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan
pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di
pendidikan perawat diantaranya dengan mendirikan sekolah perawat dan menetapkan
tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di miliki
para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki
yang dirawat di sebuah barak rumah sakit( s c u t o r i ) yang akhirnya
mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga
mendirikan sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
5.
Masa
selama Perang dunia II
Selama
masa selama perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan
teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri
dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka
ragam.
6.
Masa
pasca Perang dunia II
Masa
ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang
akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat
sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan
pada masa itu diawali adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru
dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah
laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
dengan diawali adanya penemuan- penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk
memberikan penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga terdapat
kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perekembangan
perawat di mulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser
ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat di akui sebagai
profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian
penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam tugas.
7.
Periode
tahun 1950
Pada
masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan
pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai
pendidikan setingkat master dan doktoral. Kemudian penerapan proses keperawatan
sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah
suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
4.
Konsep
Keperawatan Holistik dan Sejarahnya
Holistik
merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi
biologi, psikologis, sosial, spiritual dan kultural. Dimensi tersebut merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu, akan mempengaruhi
dimensi lainnya.
Florence
Nightingle (1820-1910) dikenal sebagai ibu bagi dunia keperawatan atas usahanya
memperkenalkan ilmu keperawatan yang usaha-usahanya dalam membantu pelayanan
perawatan pada korban perang dunia II. Nigtingle menyatakan perawat itu adalah
orang yang berpendidikan untuk merawat orang sakit. Dalam keperawatan holistik,
teori Nightingle mengenai pengaruh lingkungan
dalam meningkatkat kesehatan menjadi isu penting. Menurutnya lingkungan
beerpengaruh dalam upaya pemulihan kesehatan berupa ventilasi yang baik,
kebersihan, dan lingkungan yang tenang dan hangata, serta pemenuhan nutrissi
yang cukup menjadi perhatian dalam penerapan keperawatan bersifat holistik.
Dimensi
holistik:
1. Dimensi
biologis yaitu aspek pengetahuan tentang organ-organ tubuh serta fungsi
fisiologis tubuh hkususnya yang berkaitan langsung dengan aspek kesehatan jiwa.
2. Dimensi
Psiko yaitu aspek pengetahuan tentang perkembangan psikologis manusia serta
pengaruh pengajaran terhadap seseorang.
3. Dimensi
sosial mencakup aspek pengetahuan tentang pengaruh kondisi sosial serta kondisi
lingkungan kehidupan.
4. Dimensi
spiritual yaitu aspek pengetahuan tentang taraf penghayatan dan pengalaman
nilai-nilai spiritual-religius terhadap derajat kesehatan jiwa.
5. Dimensi
kultural yaitu aspek pengetahuan tentang nilai-nilai budaya dan adat istiadat
yang terdapat pada setiap diri individu.
6. Dimensi body-mind yaitu kesatuan pada diri manusia yang
meliputi tubuh, pikiran, dan jiwa.
Teori
yang berhubungan dengan keperawatan holistik
1.
Teori
sistem Beety
Neuman
Model
Neuman berfokus pada individu dan respon atau reaksi individu terhadap stres
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi dan kemampuan beradaptasi pada pasien.
Menurut Neuman manusia saling berinteraksi dengan lingkungan internal maupun
eksternal yang merupakan penyebab stres. Dalam kehidupan sehari-hari individu
selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, dan
sosial kultural. Menurut Neuman asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah
atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stresor (stres).
2.
Teori
caring menurut Jaen Watson
Menurut
Watson, caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Dua asumsi utama yang
mendasari nilai perawatan manusia dalam keperawatan:
a. Care
and love merupakan energi fisik dasar dan universal
b. Care and love adalah syarat
untuk kelangsungan hidup kita dan makanan untuk kemanusiaan.
3.
Teori
integral keperawatan
Dossey
(2000) memperkenalkan dimensi mind-body yaitu suatu keadaan kesatuan dari
manusia yang terdiri dari tubuh, pikiran, dan jiwa.
5.
Modalitas
Penyembuhan
Terapi
sentuhan
Terapi
sentuhan adalah dalam mementukan
keseimbangan seseorang, terapi ini adalah terapi yang paling banyak digunakan.
Skuktur terapi sentuhan telah di kembangkan
sejak 1970an.
Panduan
terapi penyembuhan yang lebih sering digunakan adalah terapi . Terapi sentuhan
adalah potensi alami yang terdiri dari menepatkan tangannya praktis diatas atau
dekat dengan klien.
Sebuah terapi penyumbuhan dengan sentuhan lembut dan
memenangkan emosi pasien dan diyakini memiliki kemampuan memenangkan emosi
pasien sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat. Berikut adalah
jenis-jenis terapi sentuhan:
1.
Terapi
pijat
Pijat adalah teknik penyembuhan yang
diterapkan dalam bentuk sentuhan langsung dengan tubuh penderita. Secara umum ,
pijat digunakan untuk menghasilkan relaksasi, pijat terbukti sangat efektif
baik untuk tubuh maupun pikiran. Pijat
bisa digunakan untuk menangani penderita hipertensi, insomnia, dan
hyperaktifitas.
Di rumah sakit, pijat digunakan untuk
meringankan rasa nyeri dan
ketidaknyamanam pasien stroke yang tidak bias bangun dari tempat tidur.
Namun pijat tidak dianjurkan pada meraka yang menderita peradangan pembulih nadi,
thrombosis, atau jika suhu tubuhnya meningkatkan seperti pada saat terserang
demam.
Sentuhan
memberikan perasaan aman nyaman serta membawa ketenangan dan kesegaraan dengan sentuhan kita tahu
bahwa kita tidak sendiri di dunia ini. Sentuhan adalah bentuk rasa simpati dan cinta.
2.
Refleksologi
Adalah cara pengobatan dengan merangsang berbagai
daerah reflek, dikaki tangan dan
berbagai kelenjer organ tubuh lainnya. Secara umum terapi refleksologi di
pusatkan perhatiannya pada kaki meskipun zona –zona yang biasa digarap adalah
tangan dan telinga.
Rangsangan dari refleksologi yang baik akan membuat
klien rileks dan melancarkan peredaran
darah. Refleksiologi juga membantu penyembuhan penyakit seperti sakit kepala,
punggung,atau sakit gigi. Tapi dianjurkan untuk berkonsultasi lagi dengen dokter
sebelum melakukan terapi tersebut.
3.
Shiatsu
Dalam bahasa jepang artinya tekanan
jari. Shiatsu mirip pijat, sebelumnya
bedanya shiatsu ini menggunakan system perabaan tertentu. Shiatshu digunakan
untuk berbagai macam masalah kecil,
seperti insomnia,sakit kepala, kecemasan. Aturan yang digunakan sebelum melakukan terapi ini
yaitu, pakaian harus nyaman , longgar, shiatsu dilakukan pada seluruh tubuh.
4.
Chiropractic
Berasal
dari bahasa yunani “cheir dan praktikos” yang artinya dilakukan dengan tangan.
Terapi ini tanpa menggunakan obat – obatan. Chiropractic berguna untuk gangguan
pernafasan, pencernaan , cedera sendi perifel (tangan, dengkul, siku, pundak),
keseleo, gangguan menstruasi, serta berbagai problem emosional.
5.
Craniosacral
Therapy
Metode ini menggunakan beberapa sentuhan
ringan tapi mamfaatnya dapat segera dirasakan , tetapi ini membantu
menghilangkan akibat sters pada system pusat system syaraf kita. Terapi ini
juga selain bekerja di system syaraf pusat
juga bekerja diu bawah alam bawah sadar manusia, kadang selama terapi muncul emosi, trauma, fobia.
Bagi mereka yang sehat terapi ini membantu meninggkatkan kekebalan tubuh dan menambah vitalitas
Terapi
Mind Body
1. Gulded
imaginary teraphy
Adalah teknik pikiran- tubuh
tradisional yang juga dianggap suatu bentuk hypnosis. Visualisasi dan alat alat
pencitraan dipantu menawarkan unuk
kosentrasi satu langsung pada gambar diadakan dimata pikiran. Bertujuan
untuk terapi pikiran – tubuh dan mengatasi setiap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan stress, depresi, kecemasan dan lain- lain.
Manfaat dari Gulded lmaginary yaitu :
a. Mengurangi
stress
b. Mengurangi
/ mengobati tekanan darah tinggi nyeri
c. Ketegangan
otot
d. Mengobati
insomnia, Mengurangi kecemasan dan depresi
e. Mengurangi
/ mengobati nat kulit/ sindrom iritasi kulit
f. Mengobati gangguan dutoimum seperti rhematicid ar
thritis dan penyakit Crohn
g. Meringankan
alergi kronis gatal –gatal dan asma
Mekanisme
gulded lmaginary:
Terapi
ini memanfaatkan hubungan antara otak visual dan system saraf tak sadar, ketika
bagian dari otak (korteks visual dibagian belakang kepala) diaktifkan,
tanpa menerima masukan langsung dari
mata, dapat mempengaruhi keadaan fisik dan emosianal. Hal ini dapat membantu
menimbulkan perubahan fisiologi dan
tubuh.
Langkah
–langkah Gulded lmaginary terapy yaitu :
1.
Pertama, klien mulia berbaring atau
duduk dikursi yang nyaman, melonggar pakaian ketat, dan melumpuhkan
gangguan umum seperti televise, ponsel, dan computer.
2.
Setelah klien
mendapatkan kenyamanan digunakan teknik pernapasan, music, hal ini digunakan untuk membantu
menciptakan kondisi ketenangan yang mendalam.
3.
Dari sana, satu set
intruksi atau saran yang di berikan untuk memungkinkan gambar sendiri atau
imajinasi untuk membimbing dirinya sendiri terhadap metode menghilangkan
gejala.
4.
Menyertakan gambar yang
memberikan pesan tentang gejala-gejala tertentu atau
kondisi yang dapatmenawarkan wawasan, pemahaman atau control yang lebih baik
dari masalah fisik.
5.
Pengulangan latihan ini
menyebabkan pembelajaran atau efek pengkondisian sehingga perubahan fisik yang
positif akan terjadi.
Efek
Gulded imaginary terapy:
Menurut
AGI tidak ada efek samping dari pemakaian terapi ini sendiri.
Keefektifan
Gulded lmaginary:
Gulded
imaginary atau pengobatan pikiran – tubuh bekerja dengan baik sebagai tambahan
untuk setiap terapi konvensional atau alternative. Dan Dr. well mengutip lebih
dari 200 study menawarkan bukti kuat bahwa Gulded imaginary membantu mengurangi
stress, kecemasan, obat nyeri mengurangi efek samping dan komplikasi dari operasi dan lain –lain .
2. Humor
Terapi
Humor
terapy adalah penggunaan humor untuk menghilangkan rasa sakit fisik atau
emosianal dan stress. Bertujuan untuk mengurangi stress dan meninggkatkan
kualitas hidup seseorang.
Manfaat
Humor Teraphy :
a. Meningkatkan
kualitas hidup.
b. Mendorong
relaksasi
c. Mengurangi
stress.
Efek
Humor Teraphy:
Efek
fisik dari tertawa pada tubuh termasuk pernapasan meningkat, menggunakan
oksigen meningkat, jangka pendek perubahan hormon dan neuron transmilier
tertentu dan peningkatan denyut jantung.
Keefektifan
Humor Teraphye
Humor teraphy terbukti efektif untuk
menghilangkan stress secara bertahap, tetapi digunakan secara berlebihan.
3. Music
terapi
Adalah
usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisis
sedemikian rupa hingga tercipta music yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental.
Tujuan
terapi music:
1. Meningkatkan
kualitas fisik dan mental
2. Mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang
3. Meningkatkan,
memulihkan, dan memelihara emosional, social dan spiritual.
Mekanisme
kerja:
Music
yang diterima oleh telinga di salurkan ke otak sebagai data digital sehigga
otak merespon sesuai dengan “isi data digital” tersebut. Otak adalah pengendali
dan mempengaruhi kinerja seluruh organ di tubuh, ketika otak distimulasi,
organ-organ di tubuh juga ikut terpengaruh.
Macam-macam
terapi musik:
a.
Terapi music aktif
b.
Terapi music pasif
Manfaat
terapi music:
a. Relaksasi,
mengistirahatkan tubuh dan pikiran
b. Meningkatkan
kecerdasan
c. Meningkatkan
motivasi
d. Pengembangan
diri
e. Meningkatkan
kemampuan mengingat
f. Kesehatan
jiwa
g. Mengurangi
rasa sakit
h. Menyeimbangkan
tubuh
i.
Meningkatkan kekebalan
tubuh
j.
Meningkatkan olah raga
Efek-
efek terapi music:
a. Perubahan
yang meningkat elektrisitis tubuh
b. Perubahan
pada metabolism dan biosintesis pada beberapa proses enzim
c. Berkurangnya
stimulus sensorik dalam barbagai tahapan
d. Tarikan
napas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur
e. Energy
otot akan meningkat atau menurun terkait dengen stimuli irama.
f. Kelelahan
berkurang atau tertunda, tetapi ketegangan otot meningkat
g. Timbulnya
berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, dan fungsi endokrin.
Transpersonal Terapi
Transpersonal
terapi ialah pendekatan yang menyeluruh baik secara spiritual, psikologi,
fisik, biokultural, yang berfokus pada kesejahteraan diri, pkiran, tubuh,
emosi, dan jiwa.
1. Manfaat
Transpersonal Terapi:
a. Belajar
untuk mengatasi sters, ketakutan & tantangan dalam hidup
b. Mampu
mengekspresikan diri
c. Mampu
mengakses kekuatan diri, kebijaksanaan, sumberdaya
d. Meningkatkan
rasa percaya diri
e. Lebih
memahami diri sendiri
f. Adanya
rasa yang lebih besar untuk menentukan arah, makna, dan tujuan hidup.
g. Dapat
menikmati/menghargai arti sebuah kehidupan
2. Metode
Transpersonal Terapi
a. Metode
dan kesadaran praktek yaitu untuk mengembangkan kesadaran yang lebih besar dari
saat ini, untuk menenangkan pikiran dengan cara tai chi, gigong, dan seni bela
diri.
b. Visualisasi
yaitu untuk membantu memahami sisis positif dari permasalahan batin, dengan
cara mendengarkan suara terapis yang menggambarkan adegan positif.
c. Hati
centered hypnoterapi yaitu untuk mengetahui sumber masalah dan menyelesaikannya.
d. Breathwork
yaitu untuk melepaskan masalah yang terbelenggu didalam diri.
e. Shadow
light yaitu untuk membantu memahami sisi yang belum diketahui dari dalam diri.
f. Jiwa
retival yaitu untuk memunculkan aspek yang hilang.
g. Penyembuahan
batin anak yaitu untuk berhubungan kembali dengan bagian diri yang merasa
terluka secara emosional, sakit hati, ditinggalkan, atau dikhianati sebagai
seorang anak.
3. Contoh
Transpersonal Terapi
a. Reiki,
dilakukan dengan cara menyerap energi alam semesta ini dan menyalakan kembali
untuk berbagai keperluan seperti menyembuhkan penyakit fisik, mental,
emosional.
b. Sugesti,
suatu hal yang bisa menyebabkan hati dan fikiran menjadi yakin akan suatu hal
yang kita pikirkan atau yang kita inginkan.
c. Bioenergi,
suatu energi yang berasal dari alam yang berbentuk sinar yang berguna untuk
menangkap adanya gangguan tubuh .
d. Perana,
suatu yang tidak memerlukan alat bantu dan dapat dipelajari dengan gerak tangan
disekeliling tubuh kita. Contohnya belaian kasih sayang ibu.
e. Hypnoterapi,
Media yang digunakan untuk mempengaruhi seseorang melalui komunikasi. Contohnya, hipnotis.
4. Efek
Transpersonal Terapi
a. Bisa
membuat seorang lebih rileks
b. Membuat
masalah cepat terasi
c. Dapat
membantu menyembuhkan penyakit
d. Mampu
menilai sesuatu diluar logika yang tidak nampak
Aromaterapi
Aromaterapi
ialah salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan
tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa
aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk memengaruhi suasana hati
atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan
alternatif dan kepercayaan kebatinan.
1. Contoh-contoh
Aromaterapi
• Eucalyptus (kayu putih)
• Lavender
• Teh hijau (green tea)
• Sandalwood (cendana)
• Rose (bunga mawar)
• Ylang-ylang (bunga kenanga)
• Chammomile
• Thyme
• Lotus (bunga teratai)
• Green apple (apel hijau)
• Lemon
• Jasmine (bunga melati)
• Strawberri
3. Tujuan
Aromaterapi
a. Mempengaruhi
suasana hati
b. Mempengaruhi
kesehatan
c. Meningkatkan
kesehatan tubuh, mental dan emosional
4. Manfaat
Aromaterapi
a. Membantu
proses persalinan. Aromaterapi
dapat membuat jumlah pasien yang memerlukan
epidural yaitu anestesi untuk membius tubuh bagian bawah menjadi berkurang
b. Menghentikan insomnia. Sebuah
penelitian di Inggris, membuktikan bahwa dengan menghisap aroma lavender bisa
membantu pasien-pasien lanjut psikiatrik usia lanjut tidur pulas seperti halnya
obat-obat sedatif.
c. Merangsang kulit kepala. Ketika
para pasien menderita kerontokan rambut hebat, oleskan minyak esensial thyme,
rosemary, lavender, dan cedarwood pada kulit kepala mereka setiap hari, dan
terbukti sebesar 44% dari pasien ini mengalami perbaikan.
d. Mengurangi
efek pengobatan. Penelitian-penelitian
di Amerika yang hasilnya belum diterbitkan menemukan, bahwa rasa mual yang
disebabkan kemoterapi (pengobatan kanker) bisa diredakan dengan menghirup aroma
minyak esensial peppermint, ginger, lavender atau mandarin.
e. Mempercepat
penyembuhan. Pasien-pasien yang terekspos aroma dari minyak esensial vanila,
lavender, dan neroli sesudah menjalani bedah jantung di sebuah rumah sakit
Amerika dilaporkan mengalami kadar stres pasca operasi yang lebih rendah.
5. Mekanisme
Kerja Aromaterapi
a. Penciuman
(inhalasi) melalui diffuser (alat penghamburan minyak), vaporizer (alat untuk mengurangi
cairan menjadi uap), atomizer (alat untuk mengeluarkan cairan sebagai sentuhan
halus), oil burner (tungku yang diberi lilin untuk membakar minyak).
b. Penyerapan
Kulit (topical) falam bentuk minyak pijat, lotion, perfume, cologne, baik
seluruh badan maupun hanya bagian bagian tubuh tertentu.
6. Efek
Aromaterapi Bagi kehamilan
Terjadinya
keguguran dan kontraksi rahim. Penggunaan aromaterapi sebaiknya dihindari pada
trimester pertama dan wanita hamil dengan riwayat kontraksi dan keguguran pada
sebelumnya.
6.
Pengalaman
Keperawatan Holistik
Holistik
adalah perpaduan antara intelektual, emosional dan religius. Jika ini
dikembangkan dengan baik, maka akan terbentuk manusia yang berjiwa “holistik“,
yang mencerminkan jati diri / tabiat atau karakter yang unggul.
Suatu
sikap yang di tunjukkan oleh manusia saat dia merasa cukup tau dan menyimpulkan
bahwa
dirinya telah mencapai kebenaran mengenai sesuatu yang di anggap logis
berdasarkan pengalaman dan pemikirannya. Karna keyakinan merupakan suatu sikap
maka keyakinan atau kepercayaan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan
bukanlah jaringan kebenaran.
2.
Pengertian nilai
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan
UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar
tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu
memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk
kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
a) Ciri-ciri nilai
1) Sifat-sifat
nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:
Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
2) Nilai
memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan
dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai
keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
3) Nilai
berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya,
nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa
mencapai derajat ketakwaan.
3.
Macam-macam
Norma
Dalam
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a.
Nilai logika adalah nilai benar salah.
b.
Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c.
Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan
klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang
siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia
keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu
buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya
kita mengatakan demikian.
Contoh
nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah
pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif
pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah
lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka
dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah. Nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik
atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua
nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita
sehari-hari.Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai.
Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi:
1)
Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.
3)
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will)
manusia.
Nilai
religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber
pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Pengalaman Kesehatan Holistik
Keperawatan
Holistik berdasarkan kepercayaan:
Kepercayaan
adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis
benar. Dalam konteks tradisional, penyembuhan adalah pemulihan seseorang ke
dalam harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa atau pemulihan kesehatan
holistik. Dalam komunitas tertentu orang tertentu di kenal mempunyai kekuatan
untuk menyembuhkan. Dukun di anggap mendapat anugrah dari tuhan untuk
menyembuhkan.
Pada
banyak contoh seseorang dengan warisan budaya konsisten dapat berkonsultasi
terlebih dahulu dengan seorang dukun sebelum dia berhubungan dengan pemberi
kesehatan modern. Terdapat banyak perbedaan antara dokter modern dengan dukun
tradisional ( kaptchuk & croucher, 1987). Hubungan antara seseorang dengan
dukun, misalnya sering lebih dekat dibanding hubungan antara orang tersebut
dengan tenaga perawatan kesehatan professional. Sebagian orang menganggap dukun
sebagai seseorang yang memahami masalah dalam konteks kultural, berbicara
dengan bahasa yang sama dan mempunyai pandangan yang sama tentang dunia.
Dukun
tradisional telah selalu bagian dari kultur. Metoda yang di gunakan oleh
dukun-dukun ini telah di kembangkan sepanjang generasi dengan coba-salah (trial and error) dan sering didasarkan
pada keyakinan dan kepercayaan keagamaan dan situasi sosial.metoda yang efektif
telah di lestarikan dan di adaptasi untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Dukun
tradisional menyadari tentang kultural
dan kebutuhan pribadi klien dan mampu untuk memahami masalh masa kini.semua itu
tergantung kepada kepercayaan seseorang dan adat istiadat yang di anut di
sekitar lingkungannya.
7.
KONSEP CARING
Konsep Caring Science
Caring science merupakan
suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena,
dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science
lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi
cara manusia berpikir, dan mempunyai hubungan antara sesama. Sejak Florence
Nightingale, perawat harus mempelajari pelayanan dari berbagai fuilosofi dan
persepsi etik. Sejumlah ahli keperawatan membuat teori caring karena penting
dalam praktik keperawatan.
Caring mencerminkan apa yang berhubungan dengan
individu, hal ini menggambarkan hubungan yang luas, dari cinta orang tua sampai
hubungan pertemanan, dari kepedulian terhadap binatang peliharaan, serta merawat dan melayani klien. Caring sebagai bentuk dasar dari praktik
keperawatan, di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan
penjelasan dari sakitnya, memberikan penjelasan dari penyakitnya, dan mengelola
atau membangun kembali hubungan. Caring membantu perawat mengenali intervensi
yang baik, dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring
nantinya
Tidak
semua klien sama. Setiap individu mempunyai perbedaan latar belakang
pengalaman, nilai-nilai, dan kultur dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Caring bersifat khusus dan bergantung pada hubungan perawat-klien. Semakin
banyak pengalaman yang dimiliki oleh seorang perawat, mereka biasanya akan
mempelajari bahwa caring membanyu mereka untuk focus pada klien yang mereka
tangani. Caring memfalitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat
perawat mengetahui masalah klien, dan mencari serta melaksanakan solusi.
Caring Menurut Watson (1979)
Dasar
teori keperawatan Jean Watson diterbitkan pada tahun 1979 dalam “Nursing :
The Philosophy and Science Of Caring”. Pada tahun 1985, dengan diliris
kembali pada tahun 1998, teorinya di terbitkan dalam “Nursing : Human
Scienci And Human Care”. Watson percaya bahwa focus utama dalam perawatan
adalah aspek keperawatan yang didapatkan dari sepuluh perspektif humanistic
yang dikombinasikan dengan sebuah dasar disiplin ilmu pengetahuan. Bagi
perawat, untuk mengembangkan filosofi-filosofi humanisticdan system
pengkajian, latar belakang kemampuan umum sangat diperlukan. Filosofi ini dan
system pengkajian secara efektif akan mampun menyokong suatu dasar yang kuat
bagi pengetahuan perawat. Sebuah dasar kemampuan umum dapat membantu perawat
mengembangkan cita-cita mereka dan pandangan terhadap dunia yang luas dan
kemampuan berfikir yang kritis dibutuhkan dalam ilmu pengetahuan keperawatan, yang
memfokuskan pada promosi kesehatan daripada pangibatan penyakit.
Teori human caring yang dikembangkan oleh
Watson antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors
sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan focus terhadap
fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant
terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep
yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep
tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya
lebih cocok dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).
Dimensi Caring menurut
Watson
FAKTOR CARATIVE
|
CONTOHNYA DALAM PRAKTIK
|
1. Membentuk
system nilai altruistic
2. Menciptakan
kepercayaan-harapan
3. Meningkatkan
rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesame
4. Membangun
pertolongan kepercayaan, hubungan caring manusia
5.
Mempromosikan dan
mengungkapkan
perasaan
posirtif dan negative
6. Menggunakan
proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah
7. Mempromosikan
transpersonal belajar mengajar
8. Menyediakan
dukungan, perlindungan, dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, social, dan
spiritual
9.
Mendapatkan kebutuhan
manusia
10. Mengizinkan
adanya kekuatan-kekuatan fenomena yang bersifat spiritual
|
Gunakan kebaikan dan kasih saying untuk memperluas
diri. Gunakan sikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi
dengan klien anda.
Ciptakan suatu hubungan dengan klien yang menawarkan
maksud dan petunjuk saat mencari ari dari suatu penyakit.
Belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang
lain. Perawat yang caring berkembang menjadi perawat perwujudan- diri
Belajar membangun dan mendukung pertolongan-
kepercayaan, hubungan caring yang asli, melalui komunikasi yang efektif
dengan klien anda
Pendukung dan menerima perasaan klien anda. Dalam
berhubungan dengan klien anda, tunjukkan kesiapan dalam mengambil resiko
dalam berbagi dengan sesame
Menerapkan proses keperawatan secara sistematis,
membuat keputusan pemecahan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan
pelayanan berfokus klien
Belajar bersama saat mengajarkan klien mendapatkan
ketrampilan perawatan diri. Klien mempunyai tanggung jawab untuk belajar
Membuat pemilihan suasana pada semua tingkatan,
fisik maupun non fisik. Meningkatkan kebersamaan, keindahan, kenyamanan,
kepercayaan, dan kedamaian.
Membantu klien mendapatkan kebutuhan dasar dengan
caring yang disengaja dan disadari
Mengizinkan kekuatan spiritual untuk memberikan
pengertian yang lebih baik tentang diri anda dank lien anda
|
Caring Menurut Swanson (1991)
Kristen
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam
usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam keperawatan. Ada tiga kelompok yang diwawancara yaitu: wanita yang pernah
mengalami keguguran, orang tua dan pelayanan kesehatan dalam ruang perawatan
intensif neonates, serta ibu yang beresiko tinggi secara social mengalami
intervensi kesehatan jangka panjang. Semua kelompok tadi berada pada lingkungan
perinatal (sebelum, selama, atau pasca kelahiran anak).Peneliti bertanya pada
setiap kelompok pertanyaan tentang bagaimana mereka mengalami atau
mengungkapkan caring dalam situasi mereka.Setelah menganalisis cerita dan
laporan dari ketiga kelompok tersebut, Swatson membuat teori tentang caring.
Teori
tersebut menggambarkan caring yang berisi lima kategori atau proses. Swatson
mendefinisikan caring sebagai suatu cara pemeliharaan hubungan dengan
menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Teori ini
mendukung pernyataan bahwa caring merupakan inti dari fenomena keperawatan,
tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperwatan.
Teori
swatson (1991) berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi
caring yang berguna dan efektif. Setiap proses caring mempunyai definisi dan
subdimensi yang merupakan dasar untuk intervensi keperawatan. Pelayanan dan
keperawatan dan pada kesehatan dan kesejahteraan klien.Selanjutnya hasil
penelitian ini digunakan dalam mengembangkan teori untuk menuntun praktik
klinis keperawatan.Sebagai contoh, swatson menguji efek dari konseling berbasis
caring pada keadaan emosional wanita di tahun pertama setelah mengalami
keguguran.Konseling berbasis caring secara signifikan menunjukkan penurunan
perasaan depresi dan amanah, terutama pada empat bulan pertama setelah
keguguran.
Dimensi caring menurut Swanson (1991)
PROSES CARING
|
DEFINISI
|
SUB DIMENSI
|
1. Mengetahui
2. Melakukan
bersama
3. Melakukan
untuk
4. Kemampuan
5. Mengatasi
kepercayaan
|
Berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam
kehidupan seseorang
Hadir secara emosional
Sebisa mungkin melakukan kepada orang lain seperti
melakukannya kepada diri sendiri
Memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisisi kehidupan
(seperti kelahiran, kematian) atau kejadian yang tidak terduga
Menaruh kepercayaan pada kemampuan seseorang dalam
menjalani hidup atau transisi dan menghadapi kehidupan
|
a. Menghindari
asumsi.
b. Focus
pada pelayanan satu orang
c. Penilaian
menyeluruh
d. Mencari
petunjuk
e. Mengikat
diri atau keduanya
a. Berada
disana
b. Menunjukkan
kemampuan
c. Berbagi
perasaan
d. Tidak
mudah marah
a. Kenyamanan
b. Antisipasi
c. Menunjukkan
ketrampilan
d. Melindungi
e. Menunjukkan
kepercayaan
a. Memberitahuakan/
menjelaskan
b. Mendukung/mengizinkan
c. Focus
d. Membuat
alternative
e. Membenarkan atau
memberikan umpan balik
a.
Percaya atau memegang
kepercayaan
b.
Mempertahankan sikap
penuh penghargaan
c.
Menawarkan keyakinan
yang realistic (pergi jauh)
|
Perilaku Caring
Daftar
dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang didesain
oleh Watsondan Lea (1997) merupakan instrumen yangdikembangkan untuk meneliti
perilakuperawat (perilaku caring). Daftar perilaku dimensicaring tersebut
antara lain:
a) Membantu
klien dalam ADL.
b) Membuat
catatan keperawatan mengenai klien.
c) Merasa
bersalah /menyesal kepada klien
d) Memberikan
pengetahuan kepada klien sebagai individu
e) Menjelaskan
prosedur klinik
f) Berpakaian
rapi ketika bekerja dengan klien
g) Duduk
dengan klien
h) Mengidentifikasi
gaya hidup klien
i)
Melaporkan kondisi
klien kepada perawat senior
j)
Bersama klien selama
prosedur klinik
k) Bersikap
manis dengan klien
l)
Mengorganisasi
pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
m) Mendengarkan
klien
n) Konsultasi
dengan dokter mengenai klien
o) Menganjurkan
klien mengenai aspek self care
p) Melakukan
sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
q) Memberikan
informasi mengenai klien
r) Mengukur
tanda vital klien
s) Menempatkan
kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi
Paradigma Keperawatan Menurut Watson Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human
science melalui transaksi transpersonal caring untuk membantu manusia
mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan selfknowlegde,self-control,
self-care, dan selfhealing.
Klien
adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran, jiwa
dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang
kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self control,
pilihan dan selfdetermination.
a.
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan
didalam pikiran, jiwa dan raga antara diri dengan orang lain dan antara diri
dengan lingkungan.
b.
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal
caring terjadi antara klien dan perawat.Watson mengidentifikasi banyak asumsi
dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal caring.Watson meyakini bahwa jiwa
seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh
asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:
Caring dapat
didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara
a) Caring
dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan
dengan efektif hanya secara interpersonal
b) Caring
terdiri dari carative factors yang
menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan manusia tertentu
c) Efektif
caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga. Respon caring menerima
seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima akan jadi apa
dia kemudian
d) Lingkungan
caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yang
ada, dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih tindakan yang
terbaik bagi dirinya saat itu
e) Caring
lebih “healthogenic” daripada curing.
f) Praktek
caring merupakan sentral bagi keperawatan.
Proses keperawatan dalam teori caring
Watson (1979) menekankan bahwa proseskeperawatan
memiliki langkah-langkah yangsamadengan proses riset ilmiah, karena keduaproses
tersebut mencoba untuk menyelesaikanmasalah dan menemukan solusi yang
terbaik.Lebih lanjut Watson menggambarkan keduaproses tersebut sebagai berikut
(tulisan yangdimiringkan menandakan proses riset yangterdapat dalam proses
keperawatan):
a.
Pengkajian
Meliputi
observasi, identifikasi, dan reviewmasalah; menggunakan pengetahuan
dariliterature yang dapat diterapkan, melibatkanpengetahuan konseptual untuk
pembentukan dankonseptualisasi kerangka kerja yang digunakanuntuk
memandang dan mengkaji masalah danpengkajian juga meliputi pendefinisian
variable yang akan diteliti dalam memecahkan masalah
Watson
(1979) dalam Julia (1995) menjelaskankebutuhan yang harus dikaji oleh perawat
yaitu:
a.
Lower order needs (biophysical needs) yaitukebutuhan untuk tetap hidup
meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, danoksigenisasi.
b.
Lower order needs (psychophysical needs)yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputikebutuhan aktifitas, aman, nyaman,seksualitas.
c.
Higher order needs (psychosocial needs),yaitu kebutuhan integritas yang
meliputikebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
d.
Higher order needs (intrapersonalinterpersonalneeds), yaitu kebutuhan untukaktualisasi
diri.
b.
Perencanaan:
Perencanaan
membantu untuk menentukanbagaimana variable-variabel akan diteliti
ataudiukur, meliputi suatu pendekatan konseptual ataudesign untuk
memecahan masalah yang mengacupada asuhan keperawatan serta meliputipenentuan
data apa yang akan dikumpulkan danpada siapa dan bagaimana data akan
dikumpulkan
c.
Implementasi:
Merupakan
tindakan langsung dan implementasidari rencana serta meliputi pengumpulan data.
d.
Evaluasi
Merupakan
metoda dan proses untuk menganalisadata, juga untuk meneliti efek dari
intervensiberdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil,tingkat
dimana suatu tujuan yang positif tercapai,dan apakah hasil tersebut dapat
digeneralisasikan.
8.
Pengkajian
spritual
Spritual
adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan
yang lebih tinggi (TUHAN) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan
terhadap tuhan dan pemohonan atas segala kesalahan yang pernah di buat. Menurut pendapat Thernstrom
1980 praktik keagamaan berkaitan dengan kesehatan. Misalnya, beberapa agama
mengajarkan bahwa mematuhi aturan atau kewajiban adalah penghantar kepada
keharmonian dan kesehatan, dan jika melanggar aturan atau kewajiban tersebut
dapat menyebabkan ketidak harmonian atau penyakit.
a.Pengkajian
perawat terhadap pasien.
1. Pengkaji
2. pengkajian
data subjectif
3. Konsep
tentang ketuhanan
4. Sumber
kekuatan dan harapan
5. Praktik
agama dan ritual
6. Hubungan
antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan
7. Pengkajian
data objectif
Afek
dan sikap
1. Perilaku
Apakah
pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca
kitab suci atau buku keagamaan, dan apakah pasien sering sekali
mengeluh, tidak dapat tidur , bermimipi buruk serta becanda yang tidak sesuai
atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?
2. Verbalisasi
Apakah
pasien menyebut tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan lainnya, dan
apakah pasien mengeksprisikan rasa takutnya terhadap kematian ?
3. Hubungan
interpersonal
Siapa
pengunjung pasien, bagaimana pasien merespon pengunjung, dan bagaimana pasien
berhubungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat?
4. Lingkungan
Apakah
pasien membawa kitab suci dan perlengkapan ibadahlainnya ? apakah pasien
menerima kiriman tanda simpati dan apakah pasien memakai tanda keagamaan,
(misalnya memakai jilbab) ?
Penutup
Kesimpulan:
Berpikir kritis adalah proses kognitif dalam merumuskan keputusan. Kemampuan
berpikir kritis sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan sejak berkembangnya
ilmu keperawatan setelah kemerdekaan. Hal ini juga berpengaruh pada keperawatan
holistik yang melihat dari segala aspek dimensi keperawatan sehingga
berkembangnya berbagai upaya pengobatan. Perawat profesional juga harus mampu
memberi asuhan keperawatan berbasis humanisme pada klien baik secara kebudayaan
maupun spiritual.
Daftar Pustaka
RSCM,
1997. Pedoman Perawatan RSUP Nasional.
RSCM: Jakarta.
M.
Bouwhuizen.Ilmu Keperawatan
(Verpleegkunde Zn). EGC:Jakarta.
La
Ode Jumadi Saffar, SKp. Pengantar
Keperawatan Profesional. EGC: Jakarta.
Muslim
Sudirman, SKp. (2000). Konsep Dasar
Keperawatan I. PSIK STIK Bina Husada:Palembang.
Nurharlinah,
SKp. (2000).Konsep Dasar Keperawatan I.
PSIK STIK Bina Husada:Palembang.
Perry&Potter.2005.Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta