1. Pengertian Dinamika, Kelompok dan
Dinamika Kelompok
Dinamika adalah
sesuatu yang mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.
Kelompok merupakan
kumpulan individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain dan
mencapai tujuan yang sama.
Dinamika Kelompok yaitu
kumpulan beberapa individu yang saling berinteraksi antar sesama anggota satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dan selalu bergerak kearah
yang berkembang dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
2.
Tujuan
Dinamika Kelompok
1.
Mengerti akan tujuan yang dibebankan di
dalam kelompok tersebut
2.
Untuk melihat apa yang membuat
anggota-anggota kelompok yang meningkat outputnya
3.
Adanya saling menghomati di antara
anggota-anggotanya
4.
Membangkitkan kepekaan diri seorang
anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa saling menghargai
5.
Menciptakan komunikasi yang terbuka
terhadap sesama anggota kelompok
6.
Menimbulkan adanya i’tikad yang baik
diantara sesama anggota kelompok.
3.
Proses
dan Skema Dinamika Kelompok
Individu, dimana
individu ini yang bergabung dengan sebuah kelompok dengan latar belakang yang
berbeda-beda, mereka disini tidak saling
mengenal dan mereka membeku yang diibaratkan
dengan Es. Es yang diibaratkan tadi pasti lama kelamaa akan mencair, begitu
juga dengan mereka yang tadi tidak saling mengenal lama kelamaan mereka akan mengenal dengan
usaha yang mereka lakukan untuk mencari tahu.
Forming (membentuk),
membentuk disini maksudnya yaitu para
individu yang suadah saling mengenal tadi mulai membentuk atau membangun sebuah kelompok yang baik.
Storming (memanas),
pada tahap ini dimana anggota kelompok akan mengembangkan peran-peran mereka
(seperti Leader, Scriber, co-scriber dan yang akan menjadi anggotanya) dan pada
tahap ini juga pada umumnya sering
terjadi hubungan persaingan serta konflik-konflik akan muncul pada tahap
ini.
Norming (norma/aturan),
setelah membagi perannya masing-masing, pada tahap ini anggota kelompok mulai
mendefenisikan tujuan-tujuan yang akan dicapai dari pembentukan kelompok ini
danjuga pada tahap ini anggota kelompok menetapkan aturan-aturan (norma-norma) dalam menjalankan kelompok ini
agar tidak keluar dari konteks sebuah kelompok yang baik dan efektif.
Performing
(tampilan), anggota kelompok sudah
setuju dengan tujuan-tujuan dasar kelompok yang dibuat tadi(pada tahap Norming)
dan tugas-tugas yang dibebankan pada masing-masing anggota kelompok dan
melaksanakaannya dengan tanggung jawab.
Re-performing (kembali),
maksud disini adalah apabila ketika perubahan-perubahan besar terjadi di dalam
kelompok dari tujuan dasar yang dibentuk tadi sebelumnya maka leader tadi yang
sebagai pemimpin akan membawa kembali anggotanya untuk focus pada
kegiatan-kegiatan mereka dan akan mengulang kembali ke empat tahap tadi yang
dimulai dari Forming, Storming, Norming, Performing, sehingga bias mendapatkan
kembali tujuan dasar dari pembentukan sebuah kelompok tadi.
4. Alasan
pentingnya dinamika kelompok
·
Individu
tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
·
Individu
tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
·
Dalam
masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik
·
Masyarakat
yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan
efektif
Pentingnya Dinamika kelompok
dalam keperawatan
Dapat mempelajari cara-cara mengambil
keputusan, pencapaian konsensus di dalam kelompok, sistematika kerja
kelompok dan mengetahui bagaimana mengatasi perselisihan pendapat.
Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara anggota kelompok yang
akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma kelompok.
Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama
antar unit.
Mempermudah dalam pengambilan keputusan.
Mempermudah dalam mencapai tujuan.
5.
Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan
persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial,
maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut
membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika
kelompok.
Pendekatan oleh Bales dan
Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi
yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam
kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi,
dengan sifat-sifat:
Adanya stratifikasi kedudukan warga
Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok
yang satu dengan yang lain
Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya
pengaruh faktor-faktor dari luar.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk
organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai
usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud
disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam
hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
Pendekatan dari ahli Psycho Analysis
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang
peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila
didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional
yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok
tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu
adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan
lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok
melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.
Pendekatan dari Yennings dan
Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan
efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain
dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group
sebagai berikut:
Psikhe group
merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati,
atau antipati antar anggota
Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan
dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila
pembentukan Sosio group disesuaikan
dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan
dalam kelompok.
6. FUNGSI
DINAMIKA KELOMPOK
Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan
(individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada
saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga
waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan
efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan
bagian kelompoknya masing-masing)
Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain
dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran
yang sama dalam masyarakat.
7. Proses pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal
terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan
terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam
berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya
persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi
kebutuhannya.
Proses pembentukan kelompok dimulai
dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan
ini akan muncul motivasi dalam memenuhi
kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi,
sehingga terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini
akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan
siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi
antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik
ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka
anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu
perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok:
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai
kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat
intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi
mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang
mencolok.
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan
memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam
mencapai tujuan kelompok.
Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah
untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan
metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki
tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian
masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam
dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota
kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan
aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar
anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan
adanya interaksi/hubungan timbal balik
akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu
anggota ke anggota yang lain, sehingga
transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa
teori:
• Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena
adanya kedekatan ruang dan daerah.
• Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi,
sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara
langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut
a). Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan
orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya
perasaan/emosi mereka.
b). Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan
sentimen yang ditularkan pada orang lain
c). Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan
pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi.
• Teori keseimbangan (a balance theory of group formation)
dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.
• Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada
teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu
sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)
8.
Hipotesa pembentukan kelompok
- Hipotesa I : Seseorang
menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
- Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk
menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan
orang lain.
- Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal
attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap,
kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan
orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
- Hipotesa IV : Individu
berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau
lebih tinggi
- Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila
mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau memberikan
imbalan
- Hipotesa VI : Seseorang akan
menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
- Hipotesa VII : Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang
menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi
anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
- Hipotesa VIII : Seseorang akan menggabungkan diri di
dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu
yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
- Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
- Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau
lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau
bekerja sendiri-sendiri.
9. Karakteristik kelompok yang efektif
·
Komunikasi dua arah
·
Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
·
Partisipasi merata antar anggota
·
Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan
informasi, buka posisi dan kekuasaan
·
Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang
penting
·
Kontroversi dan konflik tidak diabaikan,
diingkari atau ditekan
·
Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya
untuk mencapai tujuan
·
Secara berkala anggota membahas efektivitas
kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya
10.
Kelompok efektif dan inefektif menurut Floyd
Ruch, dan Crech & Curtchfield
Kelompok yang efektif menurut Floyd Ruch adalah:
·
Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti
tersedianya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota.
·
Rasa aman (Treat reduction), menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di
dalam kelompoknya, meliputi: tidak adanya ancaman, tidak ada saling curiga dan
tidak ada saling bermusuhan
·
Distributive
leadership (kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan
untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya.
·
Goal
formulation (perumusan tujuan),
tujuan merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama,
karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
·
Flexibility (fleksibilitas),
segala sesuatu yang menyangkut kelompok
dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan.
·
Consensus (mufakat), dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua
perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang
memuaskan berbagai pihak.
·
Process
awareness (kesadaran berkelompok), adanya peran, fungsi, dan
kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap
anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap anggota
kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
·
Continual
evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok yang baik seringkali
mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan kegiatan dan
pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok.
Menurut Crech dan Curtchfield
·
Merupakan suatu saluran pemenuhan
kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berteman, dukungan, dan cinta kasih.
·
Merupakan suatu sarana mengembangkan,
memperkaya, serta memantapkan harga diri dan idealitasnya
·
Merupakan sarana pencarian kepastian
dan pengetes kenyataan kehidupan sosial
·
Merupakan sarana untuk memperkuat
perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh
dan ancaman yang sama secara bersama
·
Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja
dapat diselesaikan anggota yang menerima
beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman
yang sakit.
11.
Perbandingan kelompok
efektif dan kelompok yang tidak efektif
Faktor
|
Kelompok
efektif
|
Kelompok
inefektif
|
Atmosfer
|
Informal, relaks, nyaman, dimana
anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya.
|
Tegang dan terkadang muncul kebosanan
|
Seting tujuan
|
Tujuan, tugas diklarifikasi,
dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa komitmen dan kooperatif
dengan tujuan kelompok
|
Tidak jelas, tidak dimengerti, tujuan
tidak mungkin dicapai
|
Kepemimpinan dan partisipasi anggota
|
Ada pergantian tiap beberapa waktu
yang telah disepakati.
|
Didelegasikan atau berdasar otoritas,
pemimpin mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang (anggota
yang mempunyai otoritas lebih
mendominasi)
|
Penekanan tujuan
|
Penekanan pada tiga fungsi
kelompok (pencapaian tujuan,
pemeliharaan internal dan perkembangan)
|
Tidak ada penekanan tujuan
|
Komukasi
|
Terbuka dan dua arah. Di dorong untuk
mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan dengan masalah dan perjalanan
kelompok)
|
Tertutup dan satu arah, tidak semua ide diberi dorongan, tujuan
individu berlawanan dengan tujuan kelompok.
|
Pembuatan keputusan
|
Secara mufakat
|
Berdasar otoritas dalam kelompok
dengan partisipasi minimal dari
anggota kelompok
|
Kohesi
|
Difasilitasi, saling percaya, dan
saling memberi dukungan
|
Saling mengabaikan
|
Toleransi konflik
|
Toleransi terhadap konflik tinggi,
adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama
|
Toleransi terhadap konflik rendah,
usaha dilakukan untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan
kontroversi
|
Kekuatan
|
Ditentukan oleh kemampuan anggota,
kekuatan sama
|
Ditentukan oleh kedudukan dalam
kelompok
|
Evaluasi
|
Sering, semua anggota berperan dalam
evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan fungsi kelompok
|
Minimal, evaluasi kalau ada hanya
dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi
|
Kreatifitas
|
Didorong, difasilitasi untuk
aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal
|
Tidak didorong, individu takut
|
12.
Pengertian kepemimpinan menurut
Sulivan dan Decker, Claus dan Bailey, Swanburg & Swanburg
Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Claus dan Bailey dalam
Lancaster dan Lancaster, 1989 Kepemimpinan
adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju
pencapaian tujuan yang ditentukan
Menurut Swanburg & Swanburg, 1998 Kepemimpinan adalah suatu
proses aktivitas untuk mempengaruhi dan mengorganisir orang lain atau kelompok
dalam upaya kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan prestasi
13.
Pendekatan kepemimpinan
1. Pendekatan
sifat
Terbagi
dua teori :
a. Teori
hereditary ( terun menurun) teori ini menjelasakan sifat kepemimpinan yang ada
sejak lahir dan tidak dibuat – buat, sifat kepemimpinan juga timbul dari
warisan keluarga.
b. Teori
physical (characteristic) teori ini menjelaskan bahwa sifat kepemimipinan
tercipta dari seginya kita berlatih sehingga orang yang potensi sendiri untuk menjadi seorang pemimpin
2. Pendekatan
perilaku
Pendekatan perilaku adalah keberhasailan dan kegagalan seorang
pemimpin itu dilakukan oleh gaya sikap
dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya sikap akan tampak dari cara
member perintah, member tugas, cara berkomunikasi dan cara membuat keputusan.
Perilaku pemimpi terbagi dua :
a. Oteriter
Dalam
melakukan tindakan dengan cara keras yang, bersalahlangsung dihukum
b. Demokratis
Bila
melakukan kegiatan , pemimpin dengan cara halus, menghagai pendapat, simpatik,
dan lain – lain.
14.
Tujuan kepemimpinan
Meliputi tujuan organisasi , tujuan kelompok, tujuan
pribadi anggota kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin
1. Tujuan
organisasi
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk
memejukan organisasi yang bersangkutan dan menghindari dari maksud yang
irasianal organisasi yang ada .
2. Tujuan
kelompok
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk
menanamkan tujuan pada masing –
masing anggota sehingga dapat segera tercapai.
3. Tujuan
pribadi anggota kelompok
Untuk memberi pengajaran, pelatihan
, penyeluhan , konsultasi bagi tiap anggota kelompok.
4. Tujuan
pribadi kelompok
Maksudnya memberi kesempatan pada pimpinan berkembang dalan
tugasnya seperti member nasehat.
15.
Tiga tahap perkembangan kelompok
Ada tiga tahap yaitu :
1. Tahap
pertumbuhan dan pembenahan kelompok
Diawali
dengan pemberian motivasi pentingnya berkelompok
2. Tahap
perkembangan kelompok
Pada
tahap ini kelompok sudah mulai melakukan
aktivitasnya. Anggota dan pengurus melakukan tugas sesui aturan yang disusun.
3. Tahap
kemandirian
Pada
tahap ini kelompok sudah mampu menyelenggarakan system mandiri. Dalam tahap ini
kelompok sudah tidak mengalami permsalahan dan mampu
mengadakan rapat rutin yang dihadiri anggota kelompoknya.
16.
Tiga fase perkembangan kelompok
menurut Clark (1994)
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh
para ahli. Clark (1994) mengemukakan
perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
- Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan
menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum
dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.
- Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya,
tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada
voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan
pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara
terbuka.
- Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok.
Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas,
tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)
17.
Enam fase perkembangan kelompok
menurut Tuckman dan Jansen
Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6
fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai
berikut:
Fase
|
Perilaku tim
|
Perilaku pemimpin
|
Orientation
|
Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada
partisipasi
|
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi
instruksi, membuat skema tujuan
|
Forming
|
Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan
komunikasi, mulai termotivasi
|
Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif,
mendorong adanya partisipasi
|
Storming
|
Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan,
konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi
|
Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan,
penyelesaian konflik, menentukan tujuan
|
Norming
|
Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab,
interaksi tim efektif, resolusi konflik
|
Fokus pada tujuan,
menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
|
Performing
|
Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan
masalah
|
Beraksi seperti
anggota kelompok, dorongan
meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
|
Terminating
|
Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan
|
Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.
|
18.
Penerapan dinamika kelompok pada
kelompok sebaya dan masyarakat.
- Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya
kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya
tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok
merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.
Ciri-ciri
kelompok sebaya:
- Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
- Bersifat sementara
- Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
- Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi
kelompok sebaya:
·
Mengajarkan
kebudayaan
·
Mengajarkan
mobilitas sosial
·
Membantu
peranan sosial baru
·
Kelompok
sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk
masyarakat
·
Individu
dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
·
Kelompok
sebaya mengajar moral orang dewasa
·
Individu
dapat mencapai kebebasan sendiri
- Masyarakat (community)
Menurut
Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat
setempat”. Istilah yang
menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan
bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai
oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri
community:
·
Adanya daerah/batas tertentu
·
Manusia
yang bertempat tinggal
·
Kehidupan
masyarakat
·
Hubungan
sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
·
Masyarakat
sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu
sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
·
Kebudayaan
sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
·
Kekayaan
alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia
izin copas :)
BalasHapus