Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 September 2012



 Dinamika Kelompok

1.      Pengertian Dinamika, Kelompok dan Dinamika Kelompok
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.
Kelompok merupakan kumpulan individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain dan mencapai tujuan yang sama.
Dinamika Kelompok yaitu kumpulan beberapa individu yang saling berinteraksi antar sesama anggota satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dan selalu bergerak kearah yang berkembang dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.

2.      Tujuan Dinamika Kelompok
1.      Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
2.      Untuk melihat apa yang membuat anggota-anggota kelompok yang meningkat outputnya
3.      Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
4.      Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
5.      Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
6.      Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

3.      Proses dan Skema Dinamika Kelompok
Individu, dimana individu ini yang bergabung dengan sebuah kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka disini  tidak saling mengenal dan mereka  membeku yang diibaratkan dengan Es. Es yang diibaratkan tadi pasti lama kelamaa akan mencair, begitu juga dengan mereka yang tadi tidak saling mengenal  lama kelamaan mereka akan mengenal dengan usaha yang mereka lakukan untuk mencari tahu.
Forming (membentuk), membentuk disini maksudnya yaitu para  individu yang suadah saling mengenal tadi  mulai membentuk  atau membangun sebuah kelompok yang baik.
Storming (memanas), pada tahap ini dimana anggota kelompok akan mengembangkan peran-peran mereka (seperti Leader, Scriber, co-scriber dan yang akan menjadi anggotanya) dan pada tahap ini juga pada umumnya sering  terjadi hubungan persaingan serta konflik-konflik akan muncul pada tahap ini.
Norming (norma/aturan), setelah membagi perannya masing-masing, pada tahap ini anggota kelompok mulai mendefenisikan tujuan-tujuan yang akan dicapai dari pembentukan kelompok ini danjuga pada tahap ini anggota kelompok menetapkan aturan-aturan  (norma-norma) dalam menjalankan kelompok ini agar tidak keluar dari konteks sebuah kelompok yang baik dan efektif.
Performing (tampilan),  anggota kelompok sudah setuju dengan tujuan-tujuan dasar kelompok yang dibuat tadi(pada tahap Norming) dan tugas-tugas yang dibebankan pada masing-masing anggota kelompok dan melaksanakaannya dengan tanggung jawab.
Re-performing (kembali), maksud disini adalah apabila ketika perubahan-perubahan besar terjadi di dalam kelompok dari tujuan dasar yang dibentuk tadi sebelumnya maka leader tadi yang sebagai pemimpin akan membawa kembali anggotanya untuk focus pada kegiatan-kegiatan mereka dan akan mengulang kembali ke empat tahap tadi yang dimulai dari Forming, Storming, Norming, Performing, sehingga bias mendapatkan kembali tujuan dasar dari pembentukan sebuah kelompok tadi.


4.      Alasan pentingnya dinamika kelompok
·         Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
·         Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
·         Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
·         Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif
Pentingnya Dinamika kelompok dalam keperawatan
Dapat mempelajari cara-cara mengambil  keputusan, pencapaian konsensus di dalam kelompok, sistematika kerja kelompok dan mengetahui bagaimana mengatasi perselisihan pendapat.
Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara anggota kelompok yang akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma kelompok.
Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama antar unit.
Mempermudah dalam pengambilan keputusan.
Mempermudah dalam mencapai tujuan.

5.      Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
Adanya stratifikasi kedudukan warga
Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.

Pendekatan dari ahli Psycho Analysis
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.

Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut:
Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.  
6.      FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

7.      Proses pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.


Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam  memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok:
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk  mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik  akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota  ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).

Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa teori:

• Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerah.
• Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut
a). Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b). Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
c). Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi.
• Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.
• Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)

8.      Hipotesa pembentukan kelompok
- Hipotesa I                 : Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
- Hipotesa II   : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan orang lain.
- Hipotesa III  : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
- Hipotesa IV : Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
- Hipotesa V   : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau memberikan imbalan
- Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
- Hipotesa VII       : Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
- Hipotesa VIII      : Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
- Hipotesa IX         : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
- Hipotesa X          : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.

9.     Karakteristik kelompok yang efektif
·         Komunikasi dua arah
·         Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
·         Partisipasi merata antar anggota
·         Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi, buka posisi dan kekuasaan
·         Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
·         Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan
·         Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk mencapai tujuan
·         Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya

10.             Kelompok efektif dan inefektif menurut Floyd Ruch, dan Crech & Curtchfield
Kelompok yang efektif menurut Floyd Ruch adalah:
·         Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota.
·         Rasa aman (Treat reduction), menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, meliputi: tidak adanya ancaman, tidak ada saling curiga dan tidak ada saling bermusuhan
·         Distributive leadership (kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya.
·         Goal formulation (perumusan tujuan),  tujuan merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
·         Flexibility (fleksibilitas), segala sesuatu yang menyangkut kelompok  dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan.
·         Consensus (mufakat),  dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.
·         Process awareness (kesadaran berkelompok), adanya peran, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap anggota kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
·         Continual evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan kegiatan dan pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok.

Menurut Crech dan Curtchfield   
·         Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berteman, dukungan, dan cinta kasih.
·         Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan harga diri dan idealitasnya
·         Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial
·         Merupakan sarana untuk memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama
·         Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan  anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.

11.            Perbandingan kelompok efektif dan kelompok yang tidak efektif
Faktor
Kelompok efektif
Kelompok inefektif
Atmosfer
Informal, relaks, nyaman, dimana anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya.
Tegang dan terkadang muncul kebosanan
Seting tujuan
Tujuan, tugas diklarifikasi, dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa komitmen dan kooperatif dengan tujuan kelompok
Tidak jelas, tidak dimengerti, tujuan tidak mungkin dicapai
Kepemimpinan dan partisipasi anggota
Ada pergantian tiap beberapa waktu yang telah disepakati.
Didelegasikan atau berdasar otoritas, pemimpin mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang (anggota yang mempunyai otoritas  lebih mendominasi)
Penekanan tujuan
Penekanan pada tiga fungsi kelompok  (pencapaian tujuan, pemeliharaan internal dan perkembangan)
Tidak ada penekanan tujuan
Komukasi
Terbuka dan dua arah. Di dorong untuk mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan dengan masalah dan perjalanan kelompok)
Tertutup dan satu arah,  tidak semua ide diberi dorongan, tujuan individu berlawanan dengan tujuan kelompok.
Pembuatan keputusan
Secara mufakat
Berdasar otoritas dalam kelompok

dengan partisipasi minimal dari anggota kelompok
Kohesi
Difasilitasi, saling percaya, dan saling memberi dukungan
Saling  mengabaikan
Toleransi konflik
Toleransi terhadap konflik tinggi, adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama
Toleransi terhadap konflik rendah, usaha dilakukan untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan kontroversi
Kekuatan
Ditentukan oleh kemampuan anggota, kekuatan sama
Ditentukan oleh kedudukan dalam kelompok
Evaluasi
Sering, semua anggota berperan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan fungsi kelompok
Minimal, evaluasi kalau ada hanya dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi
Kreatifitas
Didorong, difasilitasi untuk aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal
Tidak didorong, individu takut


12.            Pengertian kepemimpinan menurut Sulivan dan Decker, Claus dan Bailey, Swanburg & Swanburg

Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

Menurut Claus dan Bailey dalam Lancaster dan Lancaster, 1989 Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
Menurut Swanburg & Swanburg, 1998 Kepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan prestasi

13.            Pendekatan kepemimpinan
1.      Pendekatan sifat
Terbagi dua teori :                                                                   
a.       Teori hereditary ( terun menurun) teori ini menjelasakan sifat kepemimpinan yang ada sejak lahir dan tidak dibuat – buat, sifat kepemimpinan juga timbul dari warisan keluarga.
b.      Teori physical (characteristic) teori ini menjelaskan bahwa sifat kepemimipinan tercipta dari seginya kita berlatih sehingga orang yang potensi sendiri  untuk menjadi seorang pemimpin

2.      Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku  adalah keberhasailan dan kegagalan seorang pemimpin  itu dilakukan oleh gaya sikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya sikap akan tampak dari cara member perintah, member tugas, cara berkomunikasi dan cara membuat keputusan.
Perilaku pemimpi terbagi dua :
a.       Oteriter
Dalam melakukan tindakan dengan cara keras yang, bersalahlangsung dihukum
b.      Demokratis
Bila melakukan kegiatan , pemimpin dengan cara halus, menghagai pendapat, simpatik, dan lain – lain.

14.            Tujuan kepemimpinan
Meliputi tujuan organisasi , tujuan kelompok, tujuan pribadi anggota kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin
1.      Tujuan organisasi
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memejukan organisasi yang bersangkutan dan menghindari dari maksud yang irasianal organisasi yang ada .
2.      Tujuan kelompok
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan  tujuan pada masing – masing  anggota sehingga  dapat segera tercapai.
3.      Tujuan pribadi anggota kelompok
Untuk memberi pengajaran, pelatihan , penyeluhan , konsultasi bagi tiap anggota kelompok.
4.      Tujuan pribadi kelompok
Maksudnya memberi  kesempatan pada pimpinan berkembang dalan tugasnya seperti member nasehat.


15.             Tiga tahap perkembangan kelompok
Ada tiga tahap yaitu :
1.      Tahap pertumbuhan dan pembenahan kelompok
Diawali dengan pemberian motivasi pentingnya berkelompok
2.      Tahap perkembangan kelompok
Pada tahap ini kelompok sudah  mulai melakukan aktivitasnya. Anggota dan pengurus melakukan tugas sesui aturan yang disusun.
3.      Tahap kemandirian
Pada tahap ini kelompok sudah mampu menyelenggarakan system mandiri. Dalam tahap ini kelompok sudah tidak mengalami permsalahan dan             mampu mengadakan rapat rutin yang dihadiri anggota kelompoknya.


16.            Tiga fase perkembangan kelompok menurut Clark (1994)
 Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
  1. Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.      
  1. Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
  1. Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)


17.             Enam fase perkembangan kelompok menurut Tuckman dan Jansen
Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase
Perilaku tim
Perilaku pemimpin
Orientation
Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
Forming
Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan komunikasi,  mulai termotivasi
Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif, mendorong adanya partisipasi
Storming
Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi
Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming
Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik
Fokus pada tujuan,  menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing
Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah
Beraksi seperti  anggota kelompok,  dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating
Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan
Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.

18.            Penerapan dinamika kelompok pada kelompok sebaya dan masyarakat.
  1. Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.
Ciri-ciri kelompok sebaya:
    • Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
    • Bersifat sementara
    • Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
    • Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
·         Mengajarkan kebudayaan
·         Mengajarkan mobilitas sosial
·         Membantu peranan sosial baru
·         Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk masyarakat
·         Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
·         Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
·         Individu dapat mencapai kebebasan sendiri

  1. Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
·    Adanya  daerah/batas tertentu
·    Manusia yang bertempat tinggal
·    Kehidupan masyarakat
·    Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
·   Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
·   Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
·   Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia


1 komentar: