Dinamika
Kelompok
Pengertian
konflik menurut para ahli :
1.
Taquiri dalam
Newstormdan Davis (1977), konflik
merupakan warisan kehidupan social yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan konversi dan pertentangan
diantara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
- Gibson, et al
(1997:437), hubungan
selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerjasama satu
sama lain.
- Dipandang
sebagai prilaku, konflik merupakan bentukm interaktif yang terjadi dalam tingkatan individual
interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas,1999). Konflik ini terutama pada tingkatan
individual yang sangat dekat hubungannya dengan stress.
- Minery (1985),
konflik organisasi
merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.
- Konflik dalam
organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara
negative (Robbins, 1993).
- Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam
pandanganini, pertikaian menunjukan adanya perbedaan antara dua atau lebih
individu yang diekspresikan, di
dingat dan di alami (pace & faules, 1994:249).
- Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui
prilaku-prilaku komunikasi (folger & poole: 1984).
- Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni
tujuan yang ingin di capai, alokasi sumber-sumber yang dibagikan,keputusan
yang diambil , maupun prilaku yang dilakukan setiap pihak yang terlibat
(myers,1982:234-237; kreps, 1986:185; stewart, 1993;341).
- Interaksi yang
disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkalkan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda-beda (devito,
1995;381)
Penyebab konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya
kepemimpinannya.
2. Personil yang
mempertahankan peraturan-peraturan secara
kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain
sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap
otoriter.
b.
Faktor
Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa
uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul
persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar
unit/departemen dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit
dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya.
Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya,
unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih
menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan
tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi
tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat
bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
4.
Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif,
karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif
muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat,
rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan
sederhana.
5.
Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas,
yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6.
Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen
mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang
lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki
organisasi.
7.
Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan,
koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/
departemen. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang
management skills dan personal development.
Proses Konflik
Proses konflik menurut beberapa para
ahli :
Menurut
Hendricks, W.(1992) proses terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1. Peristiwa
sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya
individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan kerja.
2. Adanya
tantangan, yaitu apabila terjadi masalah,
individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan
pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai
dengan standar dan aturan organisasi.
3. Timbulnya
pertentangan, yaitu pada tahap ini
masing-masing individu atau kelompok
bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.
Menurut
Kenneth Thomas (Owens, 1991)
Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik
digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu
kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan
atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan
memasuki tahap konsep stualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif.
Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan,
keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangkan hasill
(outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik
yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kerja, atau produktivitas
kerja. Hasil akhir dari prilaku yang dimaksud akan berpengaruh pada episode
berikutnya.
Menurut
Terry , G. R. (1986)
Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti
pola yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya
terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi
menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk
diarahkan dan dikelola.
Menurut Louis R.Pandy
mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :
Tahap
I konflik laten yaitu tahap munculnya
factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :
Ø Saling
ketergantungan kerja
Ø Perbedaan
tujuan dan prioritas
Ø Perbedaaan
status
Ø Sumber
daya yang terbatas
Tahap
II konflik yang dipersepsikan (konflik yang
dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai
penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
Tahap
III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini
konflik tidak sekedar dipandang ada,
akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.
Tahap
IV konflik yang dimanifestasikan,
pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai
ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya
kenerja dan lain-lainnya.
Tahap
V konflik Aftermath, jika konflik
benar-benar diselesaikan maka hal itu
akan meningkatkan hubungan para anggota
organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
Menurut Filley (1980),
menyimpulkan dari tulisan Corwin (1969), Fink (1969), Pondy (1967, 1969), dan
Schmidt, menggambarkan enam tahap proses konflik, yaitu:
1. Kondisi-kondisi yang mendahului
adalah penyebab-penyebab munculnya sebuah konflik, baik dengan komunikasi,
struktur maupun variable-variabel pribadi
2.
Konflik yang dipersepsi
adalah pengenalan kondisi-kondisi yang
ada diantara pihak yang terlibat atau didalam diri yang dapat menyebabkan
konflik. Konflik yang dipersepsi bersifat logis, tidak personal dan objektif
3.
Konflik yang dirasakan adalah
bersifat subjektif karena orang merasa ada konflik relasi. Perasaan ini sering
digambarkan sebagai ancaman, permusuhan, ketakutan, dan/atau ketidakpercayaan
4.
Perilaku yang
dinyatakan
dapat mengambil bentuk sebagai agresi,
pasif, asertif, persaingan, debat, atau pemecahan masalah. Konflik yang
dipersepsi dan/atau yang dirasakan pada umumnya berakibat dalam tindakan
perilaku actual yang tampak
5.
Penyesalan atau
penekanan konflik,
langkah berikut dalam proses konflik,
adalah mengakhiri konflik baik dengan perjanjian diantara yang terlibat atau
melalui penaklukan salah satu pihak. Pada konflik persaingan, peraturan akan
menentukan hasil konflik
6.
Penyelesaian akibat
konflik
adalah ‘warisan’ yang tertinggal pada
akhir siklus ini yaitu perasaan, keyakinan, hadiah, dan sebagainya.
Kadang-kadang sisa ini disebut konsekuensi. Karena konflik dialami, maka proses
belajar terjadi didalam diri seseorang dan proses belajar yang negative maupun
positif dapat menjadi kondisi pendahulu untuk konflik di tempat dan waktu lain.
Menurut Robbins dapat
dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan, yaitu: dlm slide hanya gambar hal 176 Robbins
1. Tahap
I, potensi pertentangan atau
ketidakselarasan, yaitu tahap munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan
peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut dapat dipadatkan dalam
tiga katagori umum, yaitu :
a. Komunikasi
Komunikasi dapat
menjadi sumber konflik diakibatkan kesulitan semantik, kesalahpahaman dan
kegaduhan .
b. Struktur
Konflik dapat
bersifat struktural, hal ini mencakup variabel-variabel, seperti ukuran,
kadar spesialisasi dalam tugas yang
diberikan kepada anggota kelompok , kejelasan yurisdiksi, keserasian antar
anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan
dalam kelompok.
c. Variabel-variabel
Pribadi
Potensi konflik
lainnya dapat meliputi kepribadian, emosi, dan nilai-nilai.
2. Tahap
II, Kognitif dan personalia, yaitu
tahap dimana isu-isu konflik biasanya didefinisikan dan pada gilirannya akan
menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik. Sebagai contoh,
emosi yang negatif dapat menyebabkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat
kepercayaan dan interpretasi negatif atas perilaku puhak lain. Sebaliknya,
perasaan positif dapat meningkatkan kemampuan untuk melihat potensi hubungan
diantara elemen-elemen suatu masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi
dan mengembangkan berbagai sdolusi yang lebih inovatif.
Konflik yang
disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak berarti konflik itu
personalisasi. Selanjutnya konflik pada tingkatan perasaan yaitu ketika orang
mulai terlibat secara emosional.
3. Tahap
III, maksud, yaitu keputusan untuk
bertindak dengan cara tertentu. Menurut Robbins maksud (intention),
mengintervensi antar persepsi serta emosi orang dan perilaku luaran mereka. Banyak
konflik muncul karena salah satu pihak salah dalam memahami pihak yang lain.
Dengan menggunakan dua dimensi yaitu pertama, sifat kooperatif (kadar sampai
mana salah satu pihak berusaha memuaskan kepentingan pihak lain). Kedua, sifat
tegas (kadar sampai mana salah satu pihak memperjuangkan kepentingannya
sendiri).
Adapun lima
maksud penanganan konflik berhasil diidentifikasikan, yaitu sebagai berikut :
bersaing (tegas dan tidak kooperatif), bekerja sama (tegas dan kooperatif),
menghindar (tidak tegas dan tidak kooperatif), akomodatif (tidak tegas dan
kooperatif), dan kompromis (tengah-tengah antara tegas dan kooperatif ).
4. Tahap
IV, perilaku, meliputi pernyataan
aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Dengan demikian
dalam konflik dibutuhkan teknik-teknik manajemen konflik sehingga mendorong
konflik mencapai tingkat konflik yang diinginkan.
5. Tahap
V, akibat dari perilaku yang
ditunjukkan.
GEJALA KONFLIK
Timbulnya
gejala konflik berupa :
a.Kombinasi jelas dan agresif
Konflik
tidak selalu digambarkan dalam bentuknya, pada tahap ini terdapat tanda yang
jelas dari konflik yang ditunjukkan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan,
celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.
b.Kombinasi dari
agresif dan tersembunyi
Pada
tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan
secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan,
penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk
mencoreng orang lain, dan sebagainya.
c. Tanda tersembunyi
dari konflik yang ditunjukkan secara pasif
Pada
tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara
pasif. Contoh : tidak mau berkerjasama, tidak mau ikut pertemuan, cemas tidak
mau menyelesaikan masalah.
d. Tanda yang jelas nampak pasif
Pada
tahap ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam
kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat
melaksanakan kegiatan yang berarti.
Tahap-Tahap
Pembentukan Konflik
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi di masyarakat, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Berikut beberapa
pandangan menurut para ahli.
Menurut
Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu :
• Tahap potensial
Yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi,
dan lingkungan yang merupakan potensi terjadinya konflik
• Konflik terasakan
Yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh
individu dan mereka mulai memikirkannya
• Pertentangan
Yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan
pendapat di anatara individu atau kelompok yang saling bertentangan
• Konflik
terbuka
Yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi
permusuhan secara terbuka
• Akibat konflik
Yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap
kehidupan dan kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka akan
menimbulkan keuntungan seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan kreativitas.
Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan melampaui batas, maka akan
menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.
Menurut Louis
R.Poundy (dalam george dan jones, 1999:660), Louis merumuskan lima episode
konflik yang disebut “pondys model of organizational conflict”. Menurutnya konflik berkembang melalui 5 fase secara beruntun yaitu, lantent
conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict, and aftermath.
• Tahap 1 Konflik terpendam
Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi
dalam interaksi individu atau kelompok dalam organisasi. Oleh karena itu set up
organisasi dan perbedaan konsep namun masih dibawah permukaan dan berpotensi
untuk sewaktu2 muncul kepermukaan.
• Tahap 2 Konflik yang terpersepsi
Fase ini dimulai ketika para aktor yang terlibat mulai
mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan
pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi
kelompok atau anggota kelompok.
• Tahap 3 Konflik yang terasa
Fase dimulai ketika para individu atau kelompok yang
terlibat menyadari konflik dan merasakan pengalaman yang bersifat emosi seperti
kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
• Tahap 4
Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu
pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling
menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan misalnya, agresi terbuka, demonstrasi,
sabotase,pemecahan, pemogokan.
• Tahap 5 Konflik sesudah penyelesaian.
Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik
dapat diselesaikan dengan baik, hasilnya berpengaruh baik pada organisasi
(fungsional) atau sebaliknya (disfungsional)
Kesimpulan :
• Tahap awal
Pada tahap ini perbedaan pendapat mulai muncul dan
timbulnya rasa curiga atau ketidakpercayaan antar anggota. Pada tahap ini
perasaan itu hanya dipendam dalam hati dan sewaktu-waktu akan timbul
kepermukaan.
• Tahap kedua
Rasa permusuhan mulai terbentuk. Dapat ditunjukkan
melalui
verbal dengan kata-kata yang kasar maupun perilaku yang
kurang sesuai.
• Tahap ketiga
Akibat dari permusuhan tersebut, beberapa individu mulai
menarik diri dari upaya penyelesaian konflik
• Tahap akhir
Pada tahap ini, sudah terjadinya konflik secara total.
Biasanya konflik tersebut akan susah untuk diselesaikan oleh sesama anggota
kelompok dan memerlukan bantuan para ahli untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi.
Tipe-tipe
konflik
Tipe konflik
menurut sifat kejadiannya,
terdiri dari:
- Konflik langsung (direct conflic)
Yaitu konflik yang
terjadi secara langsung yang disebabkan perbedaan pandangan antar satu
orang dengan orang lain atau gangguan hubungan interpersonal atau dengan orang
lain, biasanya lebih mudah dikontrol melalui intervensi interpersonal.
- Konflik tidak langsung (indirect conflic)
Yaitu perbedaan pandangan individu dan organisasi
misalnya protokol organisasi yang tidak tepat secara langsung menimbulkan
kesalahan staf, yang sering sekali perasaan bermusuhan diekspresikan tidak
langsung, misalnya sering tidak masuk tanpa kabar atau tidak tepat waktu.
Disamping itu juga terdapat lima jenis konflik menurut
tingkatan kejadian dalam organisasi, yaitu:
- Konflik dalam diri individu yang terjadi bila seseorang individu
menghadapi ketidakpuasan tentang pekerjaan yang diharapkan untuk
melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan
saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih
dari kemampuannya.
- Konflik antar individu dalam organisasi yang sama,
dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaann-perbedaan
kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya
konflik antar peranan (seperti antar manajer dan bawahan).
- Konflik antar
individu dalam kelompok yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebgai contoh seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan
oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
- Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama,
karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
- Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat
bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu negara. Konflik
ini telah mengarahkan timbulnya produk
baru, teknologi, jasa, harga-harga lebih rendah, dan
penggunaan sumber daya lebih efisien.
TEKNIK MANAJEMEN KONFLIK
Teknik Manajemen Konflik Perspektif
Islam
Dalam manajemen konflik ada beberapa
teknik yang dapat dikembangkan. Di antaranya yaitu:
Teknik pertama, yaitu mengembalikan kepada sumber
hukum yang dijadikan pegangan dalam berorganisasi. Islam memberikan satu kasus
dalam menyikapi perbedaan pendapat. Misalnya, dalam surat an-Nisa ayat 59.
"Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan Ulil Amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunah), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Sikap ini memberikan sebuah gambaran
bahwa kita perlu mengembangkan sikap hidup yang 'law oriented' (berpusat
pada sumber hukum). Sikap ini menjadi prasyarat utama untuk membangun
masyarakat hukum di lingkungan organisasi atau negara kita.
Teknik kedua, yaitu kembalkan pada ahlinya. Tidak
semua masalah perusahaan dapat diselesaikan oleh setiap karyawan atau pimpinan.
Sepanjang problema perusahaan itu dapat diselesaikan oleh pihak internal,
selesaikanlah sebagaimana mestinya. Namun manakala tidak dapat dituntaskan oleh
pihak internal, dapat dilakukan dengan meminta konsultasi kepada
ahlinya.Sebagaimana yang Allah swt. perintahkan.
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."
TUJUAN TEKNIK MANAJEMEN
KONFLIK :
1. Penetapan
tujuan yaitu meningkatkan alternatif penyelesaian masalah.
2. Memilih
strategi , terdiri dari 5 yaitu :
ü Menghindar
ü Akomodasi
ü Kompromi
ü Kompetesi
ü Kerjasama
ANALISA
DAN INTERVENSI/MANAJEMEN KONFLIK
Analisa konflik
Dalam menganalisa konflik ada beberapa
model analisa yang akan disajikan, meliputi :
a.
Conflict
triangle
Dalam analisa yg dikemukakanmoleh Jhon
Galtung ini memberi penekanan pada aktor, isu dan proses dari konflik tersebut. Ketika
sebuah konflik terjadi terlebih dahulu kita mengidentifikasi aktor-aktor yang
terlibat dalam konflik tersebut. Sehingga kita dapat mengetahui hal apa saja
yang mempengaruhi aktor terlibat dalam sebuah konflik.
Kemudian isu dan proses dalam konflik
tersebut juga wajib dilakukan sebagai upaya untuk mengerti sebuah konflik. Isu
maksudnya adalah hal-hal yang menjadi pokok bahasan dalam sebuah konflik,
sedangkan proses adalah kita melihat tahapan tahapan sebuah konflik sejak kapan
dimulai dan bagaimana proses konflik tersebut secara detail dari tiap
tahapannya.
b.
Pohon
konflik
Meredakan konflik dipermukaan tentunya
penting. Dalam analogi pogon konflik ini, bentuk konflik yang terbuka atau
dengan kekerasan dianalogikan sebagai batang dan daun yang tampak. Selanjutnya
akar dari pohon konflik dibagi kedalam dua hal, root causes dan trigger. Root
causes adalah penyebab konflik, sedangkan trigger adalah pemicu konflik.
c. Onion model
Model ini melihat bahwa
aktor yang terlibat daam konflik dapat dilihat dari tiga lapis kulit bawang
yang jadi analogi tersebut. Lapis pertama adalah sikap actor, sikap disini
dimaksudkansebagai ekspresi yang ditujukkan oleh actor dalam merespon konflik
tersebut. Lapis kedua adalah posisi aktor, maksudnya adalah perspektif aktor
dalam konflik ini. Selanjutnya pada lapis ketiga adalah kepentingan actor,
kepentingan ini berarti hal hal yang diharapkan oleh actor yang mungkin
berbenturan sehingga terjadilah konflik. Ketiga lapisan tersebut, baik sikap,
posisi dan kepentintingan.
d.
Menganalisa
tahapan konflik
Tahapan konflik diatas member penjelasan
tentang bagaimana seharusnya konflik di manage. Karena konflik terbuka
merupakan akumulasi dari banyak peristiwa maka apabila ditiap tahapa fase
konflik itu dikelola denagan baik maka tidak akan sampai pad fase konflik
terbuka atau konflik kekerasan.
e.
Model
analisa oleh Paul Wehr
Dalam analisa ini konflik dapat
dijelaskan dengan melihat tiga hal yaitu konteks, pihak2 yang terlibat, serta
sebab dan dampak dari konflik tersebut.
Konteks konflik bisa dijelaskan sebagai
kondisi yang melingkupi terjadinya konflik tersebut. Berarti kita membutuhkan
dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait konflik tersebut.
Berikutnya adalah pihak pihak terlibat
dalam konflik tersebut, ini bisa diklarifikasikan berdasarkan peran dan
keterlibatan mereka dalam sebuah konflik, baik langsung maupun tidak. Yang
terakhir adalah tentang sebab dan dampak atau konsekuensinya. Pada bagian ini
kita menganalisa hal hal apa saja yang menjadi penyebab dan pemicu terjadinya
sebuah konflik serta akibat akibat yang
terjadi selama konflik tersebut berlangsung.
Intervensi/manajemen
konflik
Manajemen konflik memiliki arti bahwa
adanya suatu situasi berupa aksi dan reaksi yang terjadi karena perbedaan
pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok, atau
organisasi. Intervensi adalah tindakan pihak ketiga yang turut berusaha untuk
mengatasi konflik yang muncul.
boleh tau gak referensi bukunya dari mana aja ?
BalasHapus