Total Tayangan Halaman

Kamis, 06 September 2012



Dinamika Kelompok

Pengertian konflik menurut para ahli :

1.        Taquiri dalam Newstormdan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan social yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan konversi dan pertentangan diantara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

  1. Gibson, et al (1997:437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerjasama satu sama lain.

  1. Dipandang sebagai prilaku, konflik merupakan bentukm interaktif  yang terjadi dalam tingkatan individual interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas,1999).  Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stress.

  1. Minery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

  1. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negative (Robbins, 1993).

  1. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandanganini, pertikaian menunjukan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,  di dingat dan di alami (pace & faules, 1994:249).

  1. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui prilaku-prilaku komunikasi (folger & poole: 1984).

  1. Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin di capai, alokasi sumber-sumber yang dibagikan,keputusan yang diambil , maupun prilaku yang dilakukan setiap pihak yang terlibat (myers,1982:234-237; kreps, 1986:185; stewart, 1993;341).

  1. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkalkan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda-beda (devito, 1995;381)

Penyebab konflik

Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a.       Faktor Manusia

1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya
     kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara
     kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain
     sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap
     otoriter.

b.      Faktor Organisasi

1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.

3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.

4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.

5. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.

6. Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.       

7. Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development.

Proses Konflik

            Proses konflik menurut beberapa para ahli :

Menurut Hendricks, W.(1992) proses terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1.      Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan  kerja.
2.      Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan organisasi.
3.      Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing  individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.
Menurut Kenneth Thomas (Owens, 1991)
Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan memasuki tahap konsep stualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif. Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan, keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangkan hasill (outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kerja, atau produktivitas kerja. Hasil akhir dari prilaku yang dimaksud akan berpengaruh pada episode berikutnya.
Menurut Terry , G. R. (1986)
Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk diarahkan dan dikelola.

Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :

Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :
Ø  Saling ketergantungan kerja
Ø  Perbedaan tujuan dan prioritas
Ø  Perbedaaan status
Ø  Sumber daya yang terbatas
Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.

Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar  dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.

Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.

Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar  diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan  para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.

Menurut Filley (1980), menyimpulkan dari tulisan Corwin (1969), Fink (1969), Pondy (1967, 1969), dan Schmidt, menggambarkan enam tahap proses konflik, yaitu:

1.      Kondisi-kondisi  yang mendahului adalah penyebab-penyebab munculnya sebuah konflik, baik dengan komunikasi, struktur maupun variable-variabel pribadi

2.      Konflik yang dipersepsi adalah pengenalan kondisi-kondisi yang ada diantara pihak yang terlibat atau didalam diri yang dapat menyebabkan konflik. Konflik yang dipersepsi bersifat logis, tidak personal dan objektif

3.      Konflik yang dirasakan adalah bersifat subjektif karena orang merasa ada konflik relasi. Perasaan ini sering digambarkan sebagai ancaman, permusuhan, ketakutan, dan/atau ketidakpercayaan

4.      Perilaku yang dinyatakan dapat mengambil bentuk sebagai agresi, pasif, asertif, persaingan, debat, atau pemecahan masalah. Konflik yang dipersepsi dan/atau yang dirasakan pada umumnya berakibat dalam tindakan perilaku actual yang tampak

5.      Penyesalan atau penekanan konflik, langkah berikut dalam proses konflik, adalah mengakhiri konflik baik dengan perjanjian diantara yang terlibat atau melalui penaklukan salah satu pihak. Pada konflik persaingan, peraturan akan menentukan hasil konflik

6.      Penyelesaian akibat konflik adalah ‘warisan’ yang tertinggal pada akhir siklus ini yaitu perasaan, keyakinan, hadiah, dan sebagainya. Kadang-kadang sisa ini disebut konsekuensi. Karena konflik dialami, maka proses belajar terjadi didalam diri seseorang dan proses belajar yang negative maupun positif dapat menjadi kondisi pendahulu untuk konflik di tempat dan waktu lain.


Menurut Robbins dapat dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan, yaitu: dlm slide hanya gambar hal 176 Robbins

1.      Tahap I, potensi pertentangan atau ketidakselarasan, yaitu tahap munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut dapat dipadatkan dalam tiga katagori umum, yaitu :

a.       Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik diakibatkan kesulitan semantik, kesalahpahaman dan kegaduhan .

b.      Struktur
Konflik dapat bersifat struktural, hal ini mencakup variabel-variabel, seperti ukuran, kadar  spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok , kejelasan yurisdiksi, keserasian antar anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan dalam kelompok.

c.       Variabel-variabel Pribadi
Potensi konflik lainnya dapat meliputi kepribadian, emosi, dan nilai-nilai.

2.      Tahap II, Kognitif dan personalia, yaitu tahap dimana isu-isu konflik biasanya didefinisikan dan pada gilirannya akan menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik. Sebagai contoh, emosi yang negatif dapat menyebabkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat kepercayaan dan interpretasi negatif atas perilaku puhak lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat meningkatkan kemampuan untuk melihat potensi hubungan diantara elemen-elemen suatu masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi dan mengembangkan berbagai sdolusi yang lebih inovatif.
Konflik yang disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak berarti konflik itu personalisasi. Selanjutnya konflik pada tingkatan perasaan yaitu ketika orang mulai terlibat secara emosional.

3.      Tahap III, maksud, yaitu keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Robbins maksud (intention), mengintervensi antar persepsi serta emosi orang dan perilaku luaran mereka. Banyak konflik muncul karena salah satu pihak salah dalam memahami pihak yang lain. Dengan menggunakan dua dimensi yaitu pertama, sifat kooperatif (kadar sampai mana salah satu pihak berusaha memuaskan kepentingan pihak lain). Kedua, sifat tegas (kadar sampai mana salah satu pihak memperjuangkan kepentingannya sendiri).
Adapun lima maksud penanganan konflik berhasil diidentifikasikan, yaitu sebagai berikut : bersaing (tegas dan tidak kooperatif), bekerja sama (tegas dan kooperatif), menghindar (tidak tegas dan tidak kooperatif), akomodatif (tidak tegas dan kooperatif), dan kompromis (tengah-tengah antara tegas dan kooperatif ).

4.      Tahap IV, perilaku, meliputi pernyataan aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Dengan demikian dalam konflik dibutuhkan teknik-teknik manajemen konflik sehingga mendorong konflik mencapai tingkat konflik yang diinginkan.
5.      Tahap V, akibat dari perilaku yang ditunjukkan.

GEJALA KONFLIK

Timbulnya gejala konflik berupa :

a.Kombinasi jelas dan agresif
Konflik tidak selalu digambarkan dalam bentuknya, pada tahap ini terdapat tanda yang jelas dari konflik yang ditunjukkan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan, celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.



b.Kombinasi dari agresif dan tersembunyi
Pada tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan, penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk mencoreng orang lain, dan sebagainya.

c. Tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif
Pada tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif. Contoh : tidak mau berkerjasama, tidak mau ikut pertemuan, cemas tidak mau menyelesaikan masalah.

d. Tanda yang jelas nampak pasif
Pada tahap ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat melaksanakan kegiatan yang berarti.
Tahap-Tahap Pembentukan Konflik

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi di masyarakat, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Berikut beberapa pandangan menurut para ahli.





Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu :

       Tahap potensial
Yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkungan yang merupakan potensi terjadinya konflik
       Konflik terasakan
Yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu dan mereka mulai memikirkannya
       Pertentangan
Yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di anatara individu atau kelompok yang saling bertentangan

      Konflik terbuka
Yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka
       Akibat konflik
Yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka akan menimbulkan keuntungan seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan kreativitas. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan melampaui batas, maka akan menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.

Menurut Louis R.Poundy (dalam george dan jones, 1999:660), Louis merumuskan lima episode konflik yang disebut “pondys model of organizational conflict”. Menurutnya konflik berkembang melalui 5 fase secara beruntun yaitu, lantent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict, and aftermath.
 
       Tahap 1 Konflik terpendam
Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu atau kelompok dalam organisasi. Oleh karena itu set up organisasi dan perbedaan konsep namun masih dibawah permukaan dan berpotensi untuk sewaktu2 muncul kepermukaan.

       Tahap 2 Konflik yang terpersepsi
Fase ini dimulai ketika para aktor yang terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok atau anggota kelompok.
 
       Tahap 3 Konflik yang terasa
Fase dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan pengalaman yang bersifat emosi seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
 
       Tahap 4
Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan misalnya, agresi terbuka, demonstrasi, sabotase,pemecahan, pemogokan.

      Tahap 5 Konflik sesudah penyelesaian.
Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik, hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional)







Kesimpulan :

       Tahap awal
Pada tahap ini perbedaan pendapat mulai muncul dan timbulnya rasa curiga atau ketidakpercayaan antar anggota. Pada tahap ini perasaan itu hanya dipendam dalam hati dan sewaktu-waktu akan timbul kepermukaan.


       Tahap kedua
Rasa permusuhan mulai terbentuk. Dapat ditunjukkan melalui verbal dengan kata-kata yang kasar maupun perilaku yang kurang sesuai.

       Tahap ketiga
Akibat dari permusuhan tersebut, beberapa individu mulai menarik diri dari upaya penyelesaian konflik

       Tahap akhir
Pada tahap ini, sudah terjadinya konflik secara total. Biasanya konflik tersebut akan susah untuk diselesaikan oleh sesama anggota kelompok dan memerlukan bantuan para ahli untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Tipe-tipe konflik

Tipe konflik  menurut sifat kejadiannya, terdiri dari:

  •  Konflik langsung (direct conflic)
Yaitu konflik yang  terjadi secara langsung yang disebabkan perbedaan pandangan antar satu orang dengan orang lain atau gangguan hubungan interpersonal atau dengan orang lain, biasanya lebih mudah dikontrol melalui intervensi interpersonal.

  •  Konflik tidak langsung (indirect conflic)
Yaitu perbedaan pandangan individu dan organisasi misalnya protokol organisasi yang tidak tepat secara langsung menimbulkan kesalahan staf, yang sering sekali perasaan bermusuhan diekspresikan tidak langsung, misalnya sering tidak masuk tanpa kabar atau tidak tepat waktu.
Disamping itu juga terdapat lima jenis konflik menurut tingkatan kejadian dalam organisasi, yaitu:

  •  Konflik dalam diri individu yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidakpuasan tentang pekerjaan yang diharapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

  • Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaann-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan (seperti antar manajer dan bawahan).

  • Konflik antar  individu dalam kelompok yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebgai contoh seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.

  • Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.

  • Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya produk baru, teknologi, jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.


TEKNIK MANAJEMEN KONFLIK
Teknik Manajemen Konflik Perspektif Islam
Dalam manajemen konflik ada beberapa teknik yang dapat dikembangkan. Di antaranya yaitu:
Teknik pertama, yaitu mengembalikan kepada sumber hukum yang dijadikan pegangan dalam berorganisasi. Islam memberikan satu kasus dalam menyikapi perbedaan pendapat. Misalnya, dalam surat an-Nisa ayat 59.

      "Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Sikap ini memberikan sebuah gambaran bahwa kita perlu mengembangkan sikap hidup yang 'law oriented' (berpusat pada sumber hukum). Sikap ini menjadi prasyarat utama untuk membangun masyarakat hukum di lingkungan organisasi atau negara kita.

Teknik kedua, yaitu kembalkan pada ahlinya. Tidak semua masalah perusahaan dapat diselesaikan oleh setiap karyawan atau pimpinan. Sepanjang problema perusahaan itu dapat diselesaikan oleh pihak internal, selesaikanlah sebagaimana mestinya. Namun manakala tidak dapat dituntaskan oleh pihak internal, dapat dilakukan dengan meminta konsultasi kepada ahlinya.Sebagaimana yang Allah swt. perintahkan.

       "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."

TUJUAN TEKNIK MANAJEMEN KONFLIK :

1.      Penetapan tujuan yaitu meningkatkan alternatif penyelesaian masalah.

2.      Memilih strategi , terdiri dari 5 yaitu :
ü  Menghindar
ü  Akomodasi
ü  Kompromi
ü  Kompetesi
ü  Kerjasama

ANALISA DAN INTERVENSI/MANAJEMEN KONFLIK

Analisa konflik
Dalam menganalisa konflik ada beberapa model analisa yang akan disajikan, meliputi :

a.      Conflict triangle
Dalam analisa yg dikemukakanmoleh Jhon Galtung ini memberi penekanan pada aktor, isu dan proses dari konflik tersebut. Ketika sebuah konflik terjadi terlebih dahulu kita mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam konflik tersebut. Sehingga kita dapat mengetahui hal apa saja yang mempengaruhi aktor terlibat dalam sebuah konflik.

Kemudian isu dan proses dalam konflik tersebut juga wajib dilakukan sebagai upaya untuk mengerti sebuah konflik. Isu maksudnya adalah hal-hal yang menjadi pokok bahasan dalam sebuah konflik, sedangkan proses adalah kita melihat tahapan tahapan sebuah konflik sejak kapan dimulai dan bagaimana proses konflik tersebut secara detail dari tiap tahapannya.

b.      Pohon konflik
Meredakan konflik dipermukaan tentunya penting. Dalam analogi pogon konflik ini, bentuk konflik yang terbuka atau dengan kekerasan dianalogikan sebagai batang dan daun yang tampak. Selanjutnya akar dari pohon konflik dibagi kedalam dua hal, root causes dan trigger. Root causes adalah penyebab konflik, sedangkan trigger adalah pemicu konflik.

       c. Onion model
Model ini melihat bahwa aktor yang terlibat daam konflik dapat dilihat dari tiga lapis kulit bawang yang  jadi analogi tersebut. Lapis pertama  adalah sikap actor, sikap disini dimaksudkansebagai ekspresi yang ditujukkan oleh actor dalam merespon konflik tersebut. Lapis kedua adalah posisi aktor, maksudnya adalah perspektif aktor dalam konflik ini. Selanjutnya pada lapis ketiga adalah kepentingan actor, kepentingan ini berarti hal hal yang diharapkan oleh actor yang mungkin berbenturan sehingga terjadilah konflik. Ketiga lapisan tersebut, baik sikap, posisi dan kepentintingan.

d.      Menganalisa tahapan konflik
Tahapan konflik diatas member penjelasan tentang bagaimana seharusnya konflik di manage. Karena konflik terbuka merupakan akumulasi dari banyak peristiwa maka apabila ditiap tahapa fase konflik itu dikelola denagan baik maka tidak akan sampai pad fase konflik terbuka atau konflik kekerasan.

e.       Model analisa oleh Paul Wehr
Dalam analisa ini konflik dapat dijelaskan dengan melihat tiga hal yaitu konteks, pihak2 yang terlibat, serta sebab dan dampak dari konflik tersebut.
Konteks konflik bisa dijelaskan sebagai kondisi yang melingkupi terjadinya konflik tersebut. Berarti kita membutuhkan dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait konflik tersebut.

Berikutnya adalah pihak pihak terlibat dalam konflik tersebut, ini bisa diklarifikasikan berdasarkan peran dan keterlibatan mereka dalam sebuah konflik, baik langsung maupun tidak. Yang terakhir adalah tentang sebab dan dampak atau konsekuensinya. Pada bagian ini kita menganalisa hal hal apa saja yang menjadi penyebab dan pemicu terjadinya sebuah konflik  serta akibat akibat yang terjadi selama konflik tersebut berlangsung.
Intervensi/manajemen konflik
Manajemen konflik memiliki arti bahwa adanya suatu situasi berupa aksi dan reaksi yang terjadi karena perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok, atau organisasi. Intervensi adalah tindakan pihak ketiga yang turut berusaha untuk mengatasi konflik yang muncul. 

1 komentar: